30 Contoh Teks Anekdot, Lengkap dengan Pengertian, Unsur & Strukturnya

Teks anekdot sering kita jumpai dan selalu mengundang gelak tawa bagi pembacanya. Nah, artikel ini menyajikan 30 contoh anekdot lengkap beserta pengertian, unsur, dan strukturnya.

Pengertian dan Unsur-Unsur Teks Anekdot

Anekdot adalah sebuah teks yang ditulis terinspirasi dari sebuah fakta dan mengandung humor. Selain lucu, teks tersebut juga berbentuk cerita dan biasanya menyampaikan sebuah kritik.

Sementara itu, teks anekdot memiliki 3 unsur pembentuknya, yaitu:

  • Tokoh: Partisipan yang terlibat dalam cerita.
  • Alur: Jalan cerita atau rangkaian peristiwa.
  • Latar: Setting cerita berupa latar waktu, tempat, dan suasana.

Struktur Teks Anekdot

Berikut 5 struktur teks anekdot yang perlu kamu ketahui, yaitu:

1. Abstrak 

Bagian abstrak terletak di  awal paragraf dan biasanya digunakan untuk memberikan gambaran awal kepada pembaca tentang keseluruhan cerita.  

2. Orientasi 

Berbeda dengan abstrak yang memberikan gambaran awal, orientasi biasanya memuat latar belakang peristiwa utama yang terjadi.  

3. Krisis 

Struktur yang ketiga yaitu krisis. Struktur ini berfungsi memberikan penjelasan mengenai masalah utama yang dikembangkan oleh penulis.

4. Reaksi

Reaksi digunakan untuk melengkapi cerita. Selain itu, reaksi juga sering digunakan untuk memecahkan masalah dalam cerita anekdot tersebut. 

5. Kode 

Saat seluruh cerita diceritakan, kode digunakan sebagai sebagai penggambaran pesan dari penulis cerita anekdot.

30 Contoh Teks Anekdot Singkat Berbagai Tema

Berikut 30 contoh teks anekdot singkat dengan berbagai tema yang bisa kamu baca, yaitu:

1. Contoh Teks Anekdot Bisul

Di sebuah kerajaan, ada salah satu rakyat yang sangat terkenal cerdas. Namanya Mahmudin. Meski kecerdasannya sudah terbukti dengan bisnisnya yang berjalan lancar, tetap saja teman-temannya ada yang meragukannya.

Kemudian, salah satu temannya menantang Mahmudin agar tidak bisa membelakangi Raja tanpa membuat sang raja merasa marah. Selama seminggu lamanya dia memikirkan cara untuk membelakangi raja.

Rupanya, Mahmudin adalah pebisnis sutra yang terkenal di seluruh penjuru kerajaan hingga Raja mengetahuinya. Oleh karena itu, Raja menyuruh pengawalnya untuk mengundang Mahmudin ke istana dengan tujuan minta dijahitkan pakaian sutra terindah.

Raja: “Mahmudin, buatkan saya pakaian sutra terbaik.”

Mahmudin: “Mohon maaf Baginda, saya tidak bisa membuatkan pakaian sutra untuk Baginda Raja.”

Raja: “Apa maksudmu? Kamu menentang perintah saya? Kamu ingin dihukum?”

Mahmudin: “Mohon maaf Baginda, saat ini saya tidak bisa menjahit dengan baik. Saya sedang sakit bisul, mungkin saya bisa membuat pakaian untuk Raja, tapi setelah bisul saya sembuh.”

Raja: “Pasti itu bohong, saya tidak percaya.”

Mahmudin: “Baiklah jika Raja tidak percaya, saya tunjukkan bisul menyakitkan ini.”

Kemudian, Mahmudin membuka celana yang ia kenakan, lalu menunjukkan bisul di pantatnya kepada Raja. Melihat bisul yang teramat besar, Raja akhirnya percaya dengan Mahmudin.

Sekarang, teman-temannya percaya bahwa Mahmudin benar-benar orang cerdas.

2. Contoh Anekdot PTS

Mela dan Gilang sedang bercakap-cakap tentang rencana masa depan. Mereka sedang membicarakan ujian masuk perguruan tinggi. 

Mela: “Akhirnya ya, gak kerasa kita bisa lulus ujian”.

Gilang : Iya, alhamdulilah. Tidak sia-sia kita belajar dengan giat”.

Mela: “Oiya, kamu sih mau lanjut ke mana?

Gilang : “Kalau aku pengen ambil jurusan Kedokteran Hewan. Aku sih sudah daftar SNMPTN dan alhamdulilah diterima bersyukur banget. Kalau kamu, sih?

Mela: “Kemarin aku juga daftar SNMPTN, tapi ternyata aku tidak lolos. Kayaknya aku tetep ambil jurusan Sastra Indonesia dan aku harus ikut SBMPTN. Tapi, jujur aku tidak yakin nanti akan lolos.”

Gilang : “Eits, jangan berpikir kaya gitu dulu. Kamu harus optimis. Kamu ingin tetap kuliah kan?

Mela: “Iya dong, pasti. Misal gak diterima di PTN, mungkin aku akan daftar ke PTS.”

Gilang: “Iya gak papa, tapi usahakan PTN dulu hemat biaya.”

Mela: “Iya sih. Misal gak berhasil juga, PTS juga tidak masalah. PTS, Pokoknya Tetap Sekolah.”

Gilang : “Hahaha….”

3. Contoh Teks Anekdot Kantin Sekolah

Hari Senin, hari masuk pertama sekolah dan setelah upacara semua siswa harus masuk kelas untuk memulai pelajaran. Seperti biasa, Bu Siska mengabsen dan mengecek kehadiran para siswa sebelum kelas dimulai.

Bu Siska : “Mona ?”

Mona: “Hadir bu!”

Bu Siska: “Bagus?”

Mona: “Belum masuk, Bu. Paling si Bagus masih makan!”

(Tidak lama kemudian, Bagus masuk ke dalam ruangan kelas)

Bagus: “Selamat pagi, Bu. Apakah saya boleh masuk ke kelas?

Bu Siska: “Kamu dari mana saja, Bagus? Selesai upacara bukanya masuk, malah keluyuran di luar.”

Bagus: “Saya habis dari warung depan sekolah, Bu. Soalnya tadi pagi lupa sarapan di Rumah”.

Bu Siska: “Heh Bagus, sekolah kita bukannya punya dua kantin? Ngapain kamu keluar buat jajan?”

Bagus: “Lah, mau gimana lagi bu? Kantin sekolah itu lebih mirip toilet umum. Udah kecil, sumpek, kotor, bau lagi, Bu.”

(Seluruh siswa pun akhirnya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Bagus)

Bu Siska: “Astaga Bagus, gak perlu bicara seperti itu ya, walaupun ada benarnya. Coba nanti ibu sampaikan ke Pak Kepala Sekolah.”

Setelah kelas berakhir, Bu Siska langsung memberitahukan kepala sekolah atas keluhan yang disampaikan siswanya terkait kondisi fasilitas kantin.

4. Contoh Anekdot Kemasukan Jangkrik

Seperti hari-hari biasanya, Tomi, Wahyu, dan Antonio pergi bermain layangan. Kemudian, mereka mengejar layangan putus sampai ke dalam kebun. Karena asyik mengejar layangan, mereka tidak sadar kalau di kebun tersebut banyak jangkrik. 

Beberapa jam kemudian, Tomi dan Wahyu pergi dari kebun untuk menemui orang tuanya Antonio.

Wahyu: “Bu Maria (ibunya Antonio), berita gawat darurat! Anak Ibu si Antonio kemasukan jangkrik di mulutnya pas ngejar layangan di kebun!!”

Bu Maria: “Loh, kok bisa si? Kalian mainnya ada-ada aja. Mana Antonio? Cepat bawa ke sini! Saya mau panggil Bu Dokter di gang sebelah dulu untuk ngeluarin jangkriknya.”

Tomi: “Tenang aja, Bu. Gak usah panggil Bu Dokter. Biarin aja, nanti 10 menit jangkriknya keluar sendiri karena mabuk.”

Bu Maria: “Loh, emang kalian apain jangkriknya?”

Tomi dan Wahyu: “Saya kasih racun, Bu.”

Bu Maria: Pingsan!! …

5. Contoh Teks Anekdot Umur Dinosaurus

Suatu sore, anak-anak TK mengunjungi Museum Purbakala sebagai bagian dari pembelajaran, terutama mengenal hewan-hewan yang sudah musnah. Sesampai di museum itu, ada petugas yang berdiri di samping kerangka dinosaurus.

Kemudian, Abim salah seorang anak dari rombongan TK tersebut menghampiri petugas museum.

Abim: “Pak, berapa sih umur dinosaurus ini?”

Petugas: “Hmmm. Satu juta tahun lebih empat bulan.”

Abim: “Keren, kok bapak bisa tahu?”

Petugas: “Iya dong saya tahu. Soalnya saat saya pertama kali kerja di museum ini, umur dinosaurus sudah satu juta tahun.”

Meski tampak bingung, Abim tidak bertanya lagi. Dia memilih melanjutkan berkeliling museum bersama rombongannya.

6. Contoh Anekdot Kotak Amal

Suatu ketika, Komang melaksanakan salat Jumat. Ketika sedang mendengar khutbah dari Khatib, kotak amal diedarkan. Kemudian, tibalah kotak amal itu di hadapannya.

Komang lalu merogoh-rogoh saku belakangnya, lantas ia memasukkan uang Rp1.000, 00 ke kotak amal untuk sedekah salat Jumat.

Tidak lama berselang, ada seorang kakek yang duduk di belakangnya. Si kakek itu menepuknya sambil memberikan uang Rp100.000,00. 

Tanpa berpikir panjang, Komang memasukkan uang tersebut ke kotak amal. Komang lalu menengok si kakek. Dalam hati dia sangat mengagumi kemuliaan hati si kakek.

Setelah kotak amal berlalu, kakek itu sambil tersenyum berkata ke Komang, “Nak, tadi itu uangmu yang jatuh dari kantong celana belakang.”

7. Contoh Anekdot Mencuri Mangga

Suatu hari yang cerah di musim buah, Bima memanjat pohon mangga tetangganya. Dia tiba-tiba ketahuan oleh si pemilik pohon.

“Hoi! Anak bandel! Turun kamu sekarang! Ambil mangga orang seenaknya saja. Nanti saya laporkan ke bapak kamu, biar tahu rasa deh ya! Mana bapakmu?,” bentak si pemilik pohon dengan keras.

Tanpa menjawab teriakan si pemilik, dengan gugup anak itu melihat ke atas pohon sambil berkata, “Ayah, kita ketahuan!”.

8.  Contoh Teks Anekdot Penjual Roti

Pada hari Minggu, terdengar suara bel Penjual roti datang. Kemudian, aku memanggil si Penjual roti, karena ingin membelinya.

Aku: “Jual roti apa aja, bang?”

Penjual Roti: “Ini bisa dilihat di kotak, banyak macamnya mas.”

Aku: “Ini Roti rasanya apa aja, bang?

Penjual Roti: “Yang ini rasa keju, mas.”

Aku: Kalau yang ini rasa apa ya, bang?

Penjual Roti: “Roti rasa strawberry mas.”

Aku: “Kalo ini rasa apa, bang?”

Penjual Roti: “Ini rasa durian mas.”

Aku: “Lah, terus mana rotinya bang? Aku mau beli roti. masa dari tadi disebutkan buah-buahan, gimana sih bapak ini. Aku gak jadi beli deh, bang!”

Penjual Roti: *Bengong* dan tiba tiba dia jatuh pingsan.

9. Contoh Anekdot Unta Milik Ahmad

Hiduplah seekor unta di padang pasir yang panas dengan majikannya yang bernama Ahmad. Keduanya memiliki bahasa isyarat sendiri, agar komunikasinya berjalan lancar.

Jika Ahmad berkata “Syukurlah”, unta akan berjalan. Sebaliknya, unta akan berhenti kalau Ahmad berkata “Cukup”.

Suatu ketika, Ahmad berjalan-jalan dengan unta. Setelah menaiki unta, Ahmad berkata, “Syukurlah” sebagai tanda unta harus berjalan.

Kemudian, unta langsung berjalan, tetapi sangat lambat. Ahmad menjadi sangat kesal. Ahmad lalu berkata “Syukurlah” hingga sepuluh kali, sampai-sampai untanya berjalan sangat cepat.

Tiba-tiba, sekitar 15 meter di depannya ada jurang yang sangat dalam. Dengan berteriak, Ahmad berkata “Cukup!” lalu unta itu berhenti tepat di bibir jurang.

Ahmad sangat lega karena tidak jadi jatuh ke jurang. Kemudian, ia mengusap keringat dan menghela napas, sambil berkata, “Syukurlah.” Alhasil, unta itu kembali berjalan. Hingga saat ini, tak ada lagi orang yang melihat Ahmad dan untanya. 

10. Contoh Teks Anekdot Lampu

Pada suatu hari, ada seorang yang buta berjalan membawa gentong di atas pundak sembari menenteng lampu. Dia berjalan ke sungai untuk mengisi gentong itu.

Di perjalanan, seseorang yang melihatnya berkata, “Wahai, orang buta. Tidak ada perbedaan malam dan siang hari, keduanya sama saja bagimu. Mengapa kau gunakan lampu?”

Lalu orang buta itu menjawab, “Hai, orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lampu ini aku peruntukkan bagi orang yang buta pikiran, supaya tidak terpeleset, apalagi sampai menabrakku!”

11. Contoh Anekdot Guru dan Murid

Pada suatu hari, seorang guru tertidur lelap di kelas. Ia pun lantas dibangunkan oleh siswanya.

Untuk menutupi rasa malu, Sang Guru berkata, “Saya selalu berharap bertemu Konfusius, Sang Guru Agung. Beberapa saat yang lalu, saya berjumpa dengannya.”

Keesokan harinya, Sang Siswa yang gantian tertidur di kelas. Sang Guru membangunkan dan memarahinya, karena tidak mengikuti pelajaran dengan baik.

“Berani sekali ya kamu tidur saat belajar di kelas,” kata Si Guru.

Siswa yang cerdik itu menjawab, “Saya juga baru saja berjumpa dengan Sang Guru Agung.”

Kemudian, guru bertanya, “Apa yang beliau katakan?”

“Beliau bilang, kemarin ia tidak berjumpa Guru!” sahut siswa.

Mendengar jawaban siswanya, Sang Guru tertawa malu.

12. Contoh Anekdot Tukang Gali Kuburan

Kino sudah bekerja menjadi tukang gali kuburan selama puluhan tahun. Bagi warga setempat, Kino adalah seorang pahlawan. Pasalnya, tidak ada pemuda lain yang tertarik dengan pekerjaan tukang gali kubur.

Suatu ketika, ada orang kaya raya dan terkenal pelit. Dia berpesan pada keluarganya, bahwa saat mati, semua emas dan uangnya harus ikut dikubur bersamanya. 

Ketika orang kaya itu meninggal, Kino sebenarnya sangat tersiksa. Dia harus menggali kuburan yang luas, berbeda seperti biasanya.

Merasa kelelahan, dia mengatakan ke keluarga orang kaya, bahwa sebaiknya uang dan emasnya diletakkan di luar kuburan saja. Biarkan orang itu yang membawa hartanya sendiri ke dalam kuburan. Untungnya, anggota keluarganya setuju.

Akhirnya, Kino menggali kuburan dengan ukuran seperti mayat manusia pada umumnya. Kemudian, anggota keluarga orang kaya tersebut meletakkan emas dan uang di sekitar kuburan.

Keesokan harinya, saat keluarga akan ziarah ke makam orang kaya tersebut, ternyata kotak yang berisi emas dan uang tunai sudah tidak ada. Kemudian, keluarga orang kaya berkata, “Ah, ternyata benar apa kata tukang gali kuburan.” 

13. Contoh Teks Anekdot Dilarang Jalan di Atas Rumput

Suatu ketika, ada seseorang yang berjualan es cendol di area kompleks perumahan mewah. Dia selalu berhenti di salah rumah yang termasuk paling besar. Rumah tersebut memiliki taman dan tertulis, “DILARANG JALAN DI ATAS RUMPUT”.

Meski tidak tamat SD, tukang cendol tetap bisa membaca. Selain itu, dia sangat berbudi luhur dan baik hati. Oleh karena itu, tidak heran dia punya banyak pelanggan.

Melihat jalan di sekitar taman orang kaya dengan tanda bertuliskan seperti itu, dia tidak berjalan di atasnya. Namun, rupanya dia berlari melewati rumput tersebut sambil membawa gerobak.

Kemudian, pemilik rumah marah dan berteriak, “Hei, apa kau tidak bisa membaca?”. Meski sudah jauh, tukang es cendol menjawab,”Aduh, tuan salah! Saya tidak jalan di atas rumput, saya hanya berlari. Jika tidak percaya, bisa cek CCTV”.

14. Contoh Anekdot Kursi

Pada suatu siang yang cerah dan terik, ada dua bocah sedang bercanda di bawah pohon rindang. Mereka adalah Bobi dan Deni

Bobi: “Deni, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi, kursi apa yang membuat orang menjadi lupa ingatan?”

Deni: “Kursi goyang! Orang yang duduk di kursi goyang pasti mengantuk dan tertidur.  Ketika tidur, orang pasti lupa.”

Bobi: “Hahahaha, lucu sih, tapi jawaban kamu salah.”

Deni: “Hmm, kursi apa dong?”

Bobi: “Jawabannya kursi jabatan!”

Deni: “Kok begitu?”

Bobi: “Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi, setelah duduk di kursi itu, mereka menjadi lupa ingatan soal janji-janjinya!”

15. Contoh Anekdot Filsuf

Seorang raja berada dalam satu perahu dengan seorang hamba sahaya asal Persia, yang sebelumnya tidak pernah berlayar. Hamba itu merasa sangat takut. Kondisi ini membuat Raja tidak senang. Kebetulan, di dalam perahu ada seorang filsuf.

“Jika diizinkan, biarkan saya menenangkan hatinya,” kata Si Filsuf.

“Akan sangat terpuji jika usaha Anda berhasil,” sahut Si Raja.

Filsuf itu lalu menceburkan Si Hamba ke dalam air. Hamba itu meronta-ronta, lalu segera ditangkap sebelum tenggelam.

Hamba itu lalu didudukkan di pojok buritan. Hatinya kini lebih lega.

Raja merasa heran, karena ia tidak mengerti hikmah tindakan Si Filsuf.

“Kenapa Si Hamba kini jadi tenang? Kenapa engkau melakukan itu?”

“Sebelum ia mengerti penderitaan tenggelam, ia tidak akan tahu bahwa berada di dalam perahu lebih aman,” kata Si Filsuf.

16. Contoh Teks Anekdot Sombong

Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.

“Naik! Berangkat!” seru tukang perahu.

Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, “Hei, sudahkah kamu mempelajari tata bahasa?”

“Belum,” kata tukang perahu. Ahli bahasa itu berkata lagi, “Kalau begitu, hidupmu sia-sia.”

Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tukang perahu itu berseru pada Si Ahli Bahasa.

“Hei, sudahkah kamu belajar berenang?”

“Belum,” jawab Si Ahli Bahasa.

“Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia,” jawab tukang perahu. “Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam.”

17. Contoh Anekdot Tahta

Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana raja kosong. Ia langsung mendudukinya.

Menempati tahta raja termasuk kejahatan berat. Para pengawal pun menangkap Bahlul, memaksanya turun dari tahta, dan memukulinya. Jeritan Bahlul lalu terdengar oleh raja yang segera menghampirinya.

“Kasihan! Orang ini gila. Jangan khawatir, cepat hapus air matamu,” kata Raja.

Bahlul berkata, ” Wahai Raja, bukan karena pukulan aku menangis, tetapi karena kasihan padamu!”

“Kenapa?” tanya Raja heran.

“Wahai Raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali, mereka langsung memukulku dengan keras. Kau sudah mendudukinya 20 tahun, pukulan apa yang kau terima? Sungguh sedih aku memikirkannya.”

18. Contoh Teks Anekdot Obrolan Monyet 

Monyet Cantik: “Kaum manusia itu aneh ya” 

Monyet Ayu: “Loh, emangnya kenapa?” 

Monyet Cantik: “Setiap orang yang jelek, dibilang dasar monyet ‘tersinggung aku’ apa salah kaum kita ya?“

Monyet Ayu: “Terima nasib ajalah“

Monyet Cantik: “Tapi, padahal kaum kita, nggak ada yang Korupsi Kolusi Nepotisme, cuma yang ada KKN doang”

Monyet Ayu: “Ya, sama aja dong kalo gitu”.

Monyet Cantik: “ Bukan KKN, Korupsi Kolusi Nepotisme. Tapi KKN, Kesana Kesini Nangkring, tahu”

Monyet Ayu: “Hahahahaha, dasar Monyet”

19. Contoh Anekdot Guru Pengawas

Pada suatu hari yang cerah pada hari Kamis, seorang guru yang juga kebetulan adalah kepala sekolah sebuah SMA Negeri yang cukup populer masuk ke ruang kelas sebagai pengawas ujian. 

Pak Pengawas: “Selamat pagi anak-anak!”

Murid-murid: “Pagi Paaak.” 

Pak Pengawas: “Waaah, kalian semangat sekali ya.”

Murid-murid: “Iyaaa, inikan hari terakhir.”

Pak Pengawas: “Anak-anak, mengisi lembar jawabnya pake pulpen yaaa… jangan pake pensil.”

Murid-murid: “Lah Pak, biasanya kan pake pensil kenapa sekarang pake pulpen?” 

Pak Pengawas: “Ini agar kalian belajar bahwa menghapus kesalahan itu tidaklah mudah.”

20. Contoh Seratus Ungkapan Semanis Madu 

Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibu kota provinsi. 

Dia  pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, seorang menteri pemerintahan senior. “Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati- hati.” 

“Baiklah. Terima kasih bapak,” kata anak muda itu. “Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat disana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.” 

“Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?” tanya mentor itu dengan tidak senang. “Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan.”

Sang murid menjawab, “Sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan”

“Mungkin kamu benar,” mentornya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, pria ini menceritakan cerita ini kepada temannya, “Saya sudah menggunakan satu dari persediaan. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa.”

21. Contoh Teks Anekdot Pendaftaran Siswa Baru

Saat masa pendaftaran siswa baru, ada orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah. Kemudian, orang tua itu berbincang-bincang dengan kepala sekolah.

Orang Tua: “Pak, saya ingin mendaftarkan anak saya menjadi siswa di sekolah ini.” 

Kepala Sekolah: “Baik, tapi anak Anda harus memenuhi syarat calon siswa,” 

Orang tua: “Tapi, saya boleh bertanya atau tidak, Pak?” 

Kepala Sekolah: “Ya, silahkan.” 

Orang tua: “Siapa yang harus memenuhi syarat? Siswa atau orang tuanya?”.

Kepala Sekolah: (Diam dan menunduk malu)

22. Contoh Anekdot Sarang Laba-Laba

Suatu ketika di ruang perkuliahan, dosen memberikan materi kuliah Sosiologi Hukum. Kemudian, dosen bertanya kepada salah seorang mahasiswa bernama Nabila.

Dosen : “Nabila, coba jelaskan secara ringkas kondisi penegakan hukum di negara kita.”

Nabila: “Bagaikan sarang laba-laba, Pak!!‟

Dosen: “Maksudnya…?!

Nabila: “Kalau kelas nyamuk akan tertangkap dan tidak bisa berkutik, Pak! Sedangkan, kalau kelas laba-laba, wah…, sudah jelas jebol Pak…!!”

23. Contoh Teks Anekdot Berjudul Sup Bebek

Nazrudin memandangi bebek yang sedang berenang di kolam. Ia berencana menangkap bebek-bebek itu. Namun, bebek itu terbang. Ia berusaha menangkap dengan susah payah. Dia putus asa setelah 45 menit dan kelelahan. 

Kemudian, dia mencelupkan roti ke kolam bebek yang sedang berenang. Roti itu lalu dimakannya. Beberapa orang yang melewati Nasruddin keheranan dan bertannya, “Nasruddin, apa yang kau lakukan?”

Dengan santai ia menjawab, “Aku sedang makan sup bebek.”

24. Contoh Anekdot Berjudul Makan

Ketika masih muda, Abu Nawas bekerja di sebuah toko jahit pakaian, lalu kekasihnya datang dengan sepanci madu.

Dia khawatir tentang madu yang diminum Abu Nawas, majikannya berbohong dan berkata, “Abu Nawas, toples ini penuh dengan racun dan aku tidak ingin kamu mati meminumnya!”.

Saat itu, Abu Nawas menjual pakaian, lalu menggunakan uangnya untuk membeli roti. Kemudian, dia memakan madu itu dengan rotinya. Saat majikannya datang, dia menemukan sepotong pakaian hilang dan toples itu kosong.

“Abu! Apa yang terjadi?”

Abu Nawas berpura-pura mati dan menjawab, “Maaf, apakah kamu mati seperti aku? Tadi ada yang mencuri bajumu.” Takut dimarahi, saya memutuskan untuk meminum racun di dalam toples. 

25. Contoh Teks Anekdot Kesetrika

Seorang pasien datang ke klinik rumah sakit sembari kesakitan.

Dokter: “Selamat siang, Bu. Ada keluhan apa?”

Pasien: “Gini, dok. Telinga saya terbakar”

Dokter: “Loh, apa yang terjadi?”

Pasien: “Ketika saya sedang menyetrika baju, telepon berdering. Lalu, saya secara otomatis menempelkan setrika ke telinga kiri saya”.

Dokter: “Wah, begitu. Baik segera kita beri pengobatan. Lalu, apa yang terjadi dengan telinga kanan Anda?”

Pasien: “Nah itu dia masalahnya, dok. Orang itu telepon lagi.”

26. Contoh Anekdot Pengemis Sekolah

Seorang pengemis tua menghampiri seorang siswa.

Pengemis: “Permisi mas, saya minta sedekahnya mas.”

Anak muda tersebut lalu merogoh kantong celananya, tetapi tidak menemukan uang. Ia kemudian mengambil dompetnya di tas dan mengambil uang Rp20.000,00 di dalam dompetnya.

Anak muda: “Ini pak, saya minta kembalian Rp10.000,00 ya pak.”

Pengemis tersebut lalu mengambil kembalian.

Pengemis: “Ini kembaliannya, mas.”

Anak muda itu terkejut ketika sang pengemis malah memberinya Rp15.000,00.

Anak muda: “Kok kembaliannya lebih, pak?”

Pengemis: “Iya, nggak apa-apa, mas. Itung-itung saya sedekah ke masnya.”

27. Contoh Anekdot Tidak Diberi Hukuman

Kali ini Angga terlihat panik saat bel pelajaran dimulai. Ia lalu menghampiri ibu guru yang sedang menyiapkan materi untuk mengajar.

Angga: “Bu Guru, saya boleh bertanya?”

Bu Guru: “Boleh dong, ada apa Angga?”

Angga: “Bu, apakah seseorang itu harus dihukum kalau belum melakukan perbuatan yang seharusnya harus dilakukannya?”

Bu Guru: “Ya tentu tidak. Orang akan dihukum ketika ia telah melakukan kejahatan atau melakukan kesalahan.”

Angga: “Syukurlah kalau begitu. Soalnya, Angga belum mengerjakan PR nih bu.”

28. Contoh Teks Anekdot Sahabat yang Pintar

Dono, Doni, dan Danu di suatu siang sedang berkumpul. Tiba-tiba ibu Danu memanggil dan meminta Danu menjaga ayamnya, karena keluarganya akan pergi ke desa sebelah. Padahal, mereka bertiga sudah berencana untuk bermain kelereng di lapangan desa.

Danu: “Aku nggak jadi ikut, deh. Ibuku memintaku menjaga ayam piaraan ayah. Soalnya, ibu dan bapakku mau pergi ke desa sebelah.”

Dono: “Aku punya ide, nih.”

Doni: “Apa idemu, Don?”

Dono: “Danu, bagaimana kalau ayammu dibawa saja. Jadi kita tetap bisa bermain dan kamu bisa tetap menjaga ayammu.”

Danu: “Wah benar juga. Kamu pinter, Dono.”

29. Contoh Anekdot Ibadah

Dika: “Bud, kenapa sih agama kita ibadahnya banyak sekali?”

Budi: “Banyak sekali bagaimana maksud kamu, Dik?”

Dika: “Salat aja sehari lima kali. Coba deh itu lihat agama lain, ada yang ibadah seminggu sekali atau pas sempat aja. Nggak kayak kita.”

Budi: “Halah, Dik. Ibadah salat sehari lima kali aja kamu tetap bermain judi. Bagaimana kalau satu minggu sekali, bisa jadi apa kamu? Udah lah nggak usah komen ibadah-ibadah. Kamu aja nggak pernah beribadah.”

30. Contoh Anekdot Salah Dengar

Suatu hari, Loli dimintai tolong oleh ibunya untuk mengambil gelas di dapur. Karena baru saja bangun tidur, dia belum sepenuhnya sadar. Tapi, dia langsung menuju ke dapur.

Lalu, ia terengah-engah menghampiri ibunya yang sedang menonton televisi di ruang tamu. Ternyata, dia tidak membawa gelas melainkan beras yang ada di kotak penyimpanan. 

Pantas saja dia keberatan. Itulah pentingnya mendengarkan perintah dengan baik sebelum melaksanakannya.

Siap Membuat Teks Anekdot Versi Kamu?

Demikian 30 contoh teks anekdot lengkap berbagai tema beserta pengertian, unsur, dan strukturnya. Setelah membaca informasi ini, kamu bisa langsung belajar membuat anekdot versi sendiri. Kamu siap?

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page