Manusia adalah makhluk sosial yang berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai cara. Salah satu kerangka teoritis yang membantu kita memahami kompleksitas komunikasi manusia adalah teori interaksi simbolik.
Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi dan media sosial, komunikasi menjadi unsur kunci yang tak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan teori ini secara mendalam dan komprehensif.
Daftar ISI
Apa Itu Teori Interaksi Simbolik?
Teori interaksi simbolik adalah suatu pendekatan dalam sosiologi yang menekankan pentingnya simbol dalam interaksi manusia. George Herbert Mead dan Herbert Blumer adalah sosiolog Amerika yang pertama kali mengembangkan teori ini pada awal abad ke-20.
Mereka berfokus pada konsep bahwa makna dalam komunikasi tidak diberikan oleh objek atau peristiwa itu sendiri, melainkan oleh cara individu menginterpretasikannya. Dalam konteks ini, “simbol” merujuk pada tanda, kata, atau bahasa yang digunakan oleh manusia untuk memberikan makna pada realitas sekitar.
6 Pengertian Teori Interaksi Simbolik Menurut Para Ahli
Berikut adalah 6 pengertian teori interaksi simbolik menurut para ahli yang perlu kamu pahami dengan baik, yaitu:
1. George Herbert Mead
George Herbert Mead adalah salah satu tokoh utama dalam pengembangan teori interaksi simbolik. Menurut Mead, simbol-simbol adalah bahasa yang manusia gunakan untuk memberikan makna pada dunia sekitarnya.
Ia juga mengemukakan konsep diri sebagai hasil dari interaksi sosial. Dalam konsep tersebut, individu menginternalisasi pandangan orang lain terhadap diri mereka dan memahami peran-peran sosial dalam masyarakat.
2. Herbert Blumer
Herbert Blumer adalah seorang murid Mead yang mengembangkan teori ini lebih lanjut. Baginya, teori interaksi simbolik adalah suatu pendekatan yang fokus pada makna yang individu berikan terhadap situasi sosial.
Blumer menegaskan bahwa manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan mereka terhadap objek, orang, atau peristiwa di sekitar mereka.
3. Erving Goffman
Erving Goffman merupakan seorang sosiolog terkenal yang menggunakan teori ini dalam pemahaman tentang dramaturgi sosial. Ia menganggap interaksi sosial sebagai sebuah pertunjukan. Artinya, individu berperan dan menggunakan simbol-simbol untuk mempengaruhi persepsi orang lain tentang diri mereka.
Goffman juga memperkenalkan konsep “face“, yang mengacu pada citra diri yang ingin dipertahankan oleh individu dalam interaksi sosial.
4. Charles Horton Cooley
Cooley memperkenalkan konsep “cermin diri” (the looking glass self) dalam teori ini. Ia berpendapat bahwa identitas individu terbentuk melalui bagaimana orang lain memandang mereka.
Dalam pandangan tersebut, individu membentuk citra diri mereka berdasarkan refleksi dari pandangan orang lain terhadap mereka.
5. Dennis Brissett and Charles Edgley
Dennis Brissett and Charles Edgley memandang teori ini sebagai suatu teori yang menekankan pentingnya pemahaman makna dalam komunikasi. Mereka menekankan bahwa interaksi simbolik melibatkan proses pemahaman simbol-simbol dan interpretasi makna dalam konteks sosial.
6. Howard Becker
Becker adalah seorang sosiolog yang mengaplikasikan teori ini dalam pemahaman tentang devian. Ia berfokus pada bagaimana label-label sosial dapat mempengaruhi perilaku individu.
Menurut Becker, individu yang diberi label tertentu oleh masyarakat cenderung menginternalisasi label tersebut dan bertindak sesuai dengan ekspektasi yang melekat pada label tersebut.
Prinsip-Prinsip Dasar Teori Interaksi Simbolik
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar dari teori interaksi simbolik, yaitu:
1. Simbolisme
Teori ini menekankan pentingnya simbolisme dalam interaksi sosial. Simbol-simbol, seperti kata-kata, gestur, atau lambang lainnya yang digunakan oleh individu untuk berkomunikasi.
Namun, yang membuat teori ini menarik adalah bahwa simbol-simbol ini tidak memiliki makna tetap. Maknanya terbentuk melalui proses interpretasi.
2. Proses Interpretasi
Proses interpretasi adalah inti dari teori ini. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya, mereka tidak hanya merespons stimulus secara mekanis.
Sebaliknya, mereka memberikan makna pada stimulus tersebut berdasarkan pengalaman, nilai, dan norma mereka. Contohnya, senyum seseorang bisa diartikan sebagai tanda kebahagiaan atau sebagai upaya untuk menyembunyikan ketidaknyamanan.
3. Identitas dan Peran
Teori ini juga menekankan pentingnya identitas dan peran dalam interaksi sosial. Identitas individu dibangun melalui proses sosial dan peran yang dimainkan oleh individu dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh identitas mereka.
Sebagai contoh, seseorang yang mengidentifikasi diri sebagai seorang guru akan berperilaku berbeda dalam kelas daripada saat berada dalam peran sebagai seorang teman.
4. Realitas Sosial
Teori ini berpendapat bahwa realitas sosial adalah konstruksi sosial. Artinya, apa yang dianggap sebagai “realitas” atau “kenyataan” dipengaruhi oleh makna yang diberikan oleh individu dalam interaksi sosial.
Misalnya, anggapan atau perspektif tentang “keberhasilan” dalam masyarakat bisa sangat bervariasi tergantung pada nilai-nilai dan norma-norma budaya.
4 Contoh Aplikasi Teori Interaksi Simbolik
Teori interaksi simbolik sebenarnya tanpa kita sadari sering hadir di kehidupan sehari-hari. Berikut adalah 4 contoh penerapan teori tersebut oleh khalayak umum, yaitu:
1. Media Sosial
Salah satu contoh penerapan teori ini yang sangat relevan adalah komunikasi di media sosial. Setiap harinya, jutaan orang berinteraksi melalui platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
Masyarakat menggunakan simbol-simbol seperti emoji, kata-kata, dan gambar untuk untuk menyampaikan pesan dan menggambarkan diri. Sehingga, media sosial menjadi salah satu contoh terkini bagaimana masyarakat luas menerapkan teori interaksi simbolik.
Setiap like, komentar, atau emoji yang kita bagikan di media sosial adalah simbol-simbol yang membentuk identitas dan makna kita dalam dunia maya. Proses interpretasi yang berlangsung di media sosial juga mencerminkan konsep bahwa realitas sosial adalah konstruksi sosial.
2. Komunikasi Antarbudaya
Dalam konteks komunikasi antarbudaya, teori ini membantu kita memahami bagaimana budaya dan bahasa mempengaruhi cara kita memberikan makna pada perilaku dan komunikasi orang dari budaya lain.
Misalnya, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari budaya tertentu akan mengenakan pakaian tradisional, mengikuti ritual khusus, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang mencerminkan identitas budaya mereka.
Ketika mereka berinteraksi dengan orang lain dalam perayaan tersebut, simbol-simbol budaya, seperti pakaian tradisional atau makanan khas, menjadi bahasa simbolik yang menyampaikan identitas dan nilai-nilai budaya.
3. Identitas Gender
Teori ini juga relevan dalam kajian identitas gender. Konsep seperti “maskulinitas” dan “feminitas” adalah konstruksi sosial yang terpengaruh oleh simbol-simbol tertentu.
Bagaimana seseorang mengidentifikasi diri sebagai pria, wanita, atau gender non-biner adalah hasil dari proses interpretasi dalam masyarakat.
4. Perilaku Konsumen dalam Berbelanja
Teori ini juga bermain peran dalam dunia bisnis untuk memahami perilaku konsumen. Konsumen tidak hanya membeli produk atau jasa, tetapi mereka juga membeli simbol dan makna yang terkait dengan produk tersebut.
Contoh penerapannya adalah ketika seseorang membeli merek pakaian tertentu. Merek tersebut dapat membawa simbol status sosial atau Merek tersebut dapat membawa simbol status sosial atau melanmbangkan gaya hidup tertentu oleh individu tersebut.
Melalui produk tersebut, individu tersebut berinteraksi dengan simbol-simbol yang menggambarkan identitas atau nilai-nilai yang mereka inginkan.
Kritik Terhadap Teori Interaksi Simbolik
Seperti teori lainnya, teori ini juga memiliki kritik. Beberapa kritikus berpendapat bahwa teori ini cenderung mengabaikan struktur sosial yang lebih luas, seperti ketidaksetaraan ekonomi atau struktur kekuasaan.
Mereka berpendapat bahwa fokus pada interaksi individu bisa menyamarkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi komunikasi.
Sudah Pahamkah Kamu Tentang Teori Interaksi Simbolik?
Teori interaksi simbolik adalah pendekatan yang kuat dalam memahami komunikasi manusia dan konstruksi sosial. Teori ini mengajarkan kita bahwa simbol-simbol memiliki makna yang fleksibel dan realitas sosial adalah hasil dari proses interpretasi individu.
Dalam era globalisasi dan teknologi informasi, pemahaman tentang teori ini dapat membantu kita menjadi komunikator yang lebih bijak dan sadar akan konstruksi sosial di lingkungan sekitar.