Banyak yang meyakini bahwa tata surya tidak terbentuk begitu saja tanpa melalui proses dan tahapan tertentu. Maka dari itu, para ilmuwan berlomba mempelajari seperti apa proses terjadinya tata surya tersebut sehingga melahirkan berbagai teori pembentukan tata surya.
Daftar ISI
Kumpulan Teori Pembentukan Tata Surya
Berbagai teori terkait pembentukan tata surya terus mengalami perkembangan. Ini berdasarkan berbagai penemuan terbaru dari para ilmuwan sehingga melahirkan berbagai teori tersebut.
1. Tori Nebula
Salah satu teori yang sangat terkenal yaitu teori Nebula. Sebenarnya teori ini mempunyai dua versi, yakni berdasarkan penjelasan Pierre Simon de Laplace dan Immanuel Kant.
Menurut Immanuel Kant di dalam karyanya yang berjudul The Universal Natural History and Theories of The Heavens pada tahun 1755, ia berpendapat bahwa tata surya asalnya merupakan kabut dan gas yang berputar secara lambat.
Kemudian tata surya tersebut membentuk cakram datar sehingga mempunyai beberapa inti massa yang letaknya di tengah serta mempunyai suhu tinggi dan berpijar hingga membentuk matahari.
Lalu inti massa di bagian samping mengalami proses pendinginan hingga perlahan menjadi planet serta mengorbit ke inti yang disebut matahari.
Sementara itu, Pierre Simon de Laplace menghadirkan versi yang berbeda. Hal tersebut diungkapkan melalui karyanya Exposition of a World System pada tahun 1796. Menurutnya, tata surya asalnya dari kabut gas dan berputar cepat serta bersuhu sangat tinggi.
Kecepatan putaran tersebut yang kemudian melemparkan beragam materi bola gas menuju sekelilingnya. Lalu perlahan bola-bola tersebut menjadi padat lalu menjadi planet. Planet-planet tersebut kemudian beredar pada sekitar sumber panas yang sekarang disebut matahari.
Berdasarkan kedua teori tersebut, bisa kamu tarik kesimpulan jika tata surya asalnya dari kabut pekat yang berputar. Kemudian perlahan mengalami proses pemadatan hingga menjadi matahari dan planet-planet.
2. Teori Planetesimal
Teori pembentukan tata surya yang kedua ini pertama kali muncul sekitar tahun 1905. Pada waktu itu, terdapat dua ilmuwan yang bernama Thomas C. Chamberlin serta rekannya Forest R. Moulton. Keduanya berpendapat jika matahari sebenarnya merupakan bintang yang sudah ada bahkan sebelum adanya tata surya.
Akan tetapi, pada waktu itu memang bintang tersebut masih belum dinamakan matahari. Sementara terdapat bintang-bintang lain yang mempunyai ukuran sebesar matahari serta mengorbit dengan jarak yang sangat dekat dengan matahari.
Dikarenakan bintang besar tersebut mempunyai gravitasi, maka beberapa material dari matahari tertarik keluar. Selanjutnya, material-material yang tertarik tersebut mengambang di angkasa. Hingga akhirnya perlahan material-material akan mengumpul, menyatu, lalu mengeras.
Proses tersebut yang kemudian membentuk beragam planet seperti sekarang. Teori Planetesimal juga sekaligus juga menjawab pertanyaan terkait adanya satelit-satelit pada planet Saturnus dan Jupiter yang mempunyai orbit berlawanan.
3. Teori Bintang Kembar
Menurut ilmuwan R.A Lyttleton bahwa dulu terdapat dua bintang raksasa sebelum terbentuknya galaksi. Teori Lyttleton tersebut kemudian populer dengan istilah teori Bintang Kembar.
Salah satu bintang raksasa meledak dan hancur. Kemudian terbentuk serpihan yang isinya berupa gas, batuan, debu, dan material-material lainnya. Kemudian serpihan dari bintang yang meledak di luar angkasa akan mengorbit pada bintang satunya yang masih utuh.
Secara perlahan, serpihan berubah menjadi planet dengan penyusun sistem tata surya yang lain. Lalu bintang satunya yang masih dalam kondisi utuh menjadi inti yang dinamakan matahari.
4. Teori Pasang Surut atau Tidal
Selanjutnya ada teori yang dikemukakan Harold Jeffrey dan James Jeans pada tahun 1918. Mereka berpendapat bahwa planet-planet serta anggota lainnya awalnya merupakan bintang besar. Bintang tersebut kemudian perlahan mendekati matahari dan jaraknya semakin berdekatan atau bahkan nyaris bersinggungan.
Maka dari itu, karena saking dekatnya jarak matahari dan bintang besar tersebut menimbulkan tertariknya lidah filamen gas matahari atau lidah matahari. Akibatnya filamen gas menjulur keluar lalu merentang menuju arah bintang besar yang bentuknya seperti cerutu.
Filamen tersebut yang menjadi sebab terbentuknya planet. Semua planet baik yang jaraknya paling dekat dengan matahari atau planet paling jauh pun terbentuk melalui filamen matahari. Lalu bintang besar yang awalnya mendekati matahari tersebut kemudian bergerak menjauh.
Pada akhirnya keberadaan bintang besar sudah tak berpengaruh lagi terhadap berbagai planet yang terbentuk tersebut. Tentu teori ini sempat populer dan bahkan tak sedikit yang percaya akan teori Pasang Surut tersebut sebelum kemunculan teori yang lain.
5. Teori Orbit Planet
Teori pembentukan tata surya yang kelima adalah sebuah teori yang dikemukakan Johannes Kepler di tahun 1571. Ia menjelaskan bahwa setiap planet akan mengitari matahari pada lintasan elips bernama orbit planet.
Johannes bahkan sudah melakukan penelitian terhadap gerak berbagai planet yang mengelilingi matahari tersebut. Dari sini kemudian lahir Hukum Kepler yang mempunyai tiga macam:
- Hukum I Kepler, orbit planet yang berbentuk elips dan matahari merupakan salah satu dari titik fokusnya.
- Hukum II Kepler, kecepatan orbit planet cenderung lebih lambat saat planet di titik paling jauh dari matahari alias titik aphelion. Sementara itu, kecepatan orbit planet cenderung cepat ketika planet di titik paling dekat dengan matahari alias titik perihelion.
- Hukum III Kepler, planet mempunyai periode orbit lebih panjang saat planet tersebut posisinya jauh dari matahari. Sementara planet akan mempunyai periode orbit lebih pendek saat posisinya dekat dengan matahari.
6. Teori Ledakan Dahsyat atau The Big Bang
Untuk teori yang keenam ini pastinya kamu sangat familiar karena sampai sekarang pun banyak orang membahasnya. Teori ini dikemukakan oleh kosmolog bernama Abbe Lemaitre di tahun 1920-an.
Menurut teori tersebut, alam semesta awalnya merupakan gumpalan super atom berukuran raksasa serta isinya tak dapat dibayangkan. Namun diperkirakan bentuknya seperti bola api berukuran raksasa yang mempunyai suhu mencapai 10 miliar hingga 1 triliun derajat celsius.
Gumpalan yang sangat besar tersebut kemudian meledak pada 15 miliar tahun lalu. Hasil dari dentuman yang sangat dahsyat kemudian menyebar lalu membentuk awan dan hidrogen. Ketika umurnya sudah mencapai ratusan tahun, debu serta hidrogen membentuk bintang-bintang dengan ukuran berbeda-beda.
Seiring terbentuknya bintang dan jumlahnya yang semakin banyak, maka di antara bintang-bintang tersebut akan berpusat lalu membentuk kelompoknya masing-masing dan dikenal dengan istilah galaksi.
7. Teori Awan Debu
Selanjutnya ada teori pembentukan tata surya yang terkenal dengan nama teori Awan Debu. Teori ini dikemukakan Carl Friedrich von Weizsacker lalu disempurnakan oleh Gerald Peter Kuiper.
Menurut teori tersebut, tata surya asalnya merupakan gumpalan awan serta debu yang jumlahnya sangat banyak. Selanjutnya debu dan awan berputar hingga menyerupai cakram dan berubah berbentuk menjadi matahari dan planet.
Proses yang dijelaskan pada teori ini yaitu penggumpalan atau pemampatan di mana partikel debu akan tertarik ke pusat awan kemudian membentuk bola dan seiring berjalannya waktu menjadi cakram.
Lalu partikel di tengah cakram akan saling menekan. Proses ini menimbulkan panas hingga menjadi pijar. Pada bagian tengahnya kemudian disebut dengan matahari.
Kesimpulan
Sekian informasi tentang seperti apa teori yang menjelaskan pembentukan tata surya. Menurutmu, di antara semua teori tersebut kira-kira mana yang paling logis serta masuk akal?