Arti Tuma’ninah dalam Salat dan Cara Menerapkannya

Saat melakukan salat, Nabi menganjurkan kita untuk tidak tergesa-gesa dalam beribadah. Sikap ini termasuk dalam rukun salat yang bisa membantu kita agar khusyu dan salat menjadi sah. Inilah yang dinamakan tuma’ninah atau sikap tenang dan tidak terburu-buru saat beribadah. 

Jika kita meninggalkan sikap ini, maka salat tidak sah karena masuk ke dalam rukun salat yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahaminya dan mengetahui bagaimana cara melakukannya supaya salat kita menjadi sempurna.

Arti Tuma’ninah dalam Salat

Ingatkah saat Ramadhan kerapkali kita menyaksikan bahkan melaksanakan tarawih dengan tergesa-gesa dan super cepat, atau saat kita sengaja mempercepat salat supaya cepat selesai dan bisa kembali ke beraktivitas?  Melakukan salat secara kilat inilah contoh meninggalkan tuma’ninah yang sejatinya merupakan rukun salat.

Mungkin maksud dari sang imam mempercepat salatnya agar selesai tidak larut malam atau supaya tidak mengganggu pekerjaan. Namun cara ini bisa berpotensi meninggalkan rukun salat yang seharusnya dilaksanakan. 

Salat yang dikerjakan dengan meninggalkan tuma’ninah, maka salatnya belum sempurna. Ada beberapa sabda Nabi yang menjelaskan tentang pentingnya sikap ini saat melaksanakan salat, salah satunya seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Ahmad, dan Imam Muslim.

Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW bersabda jika seseorang berdiri ketika salat, maka kerjakanlah dengan tuma’ninah. Jika melakukan rukuk, maka lakukanlah dengan tuma’ninah. Kemudian lakukanlah seperti itu dalam salat.

Jadi, apa sebenarnya arti dari tuma’ninah?

Secara istilah, sikap ini adalah diam atau tenang saat salat dengan menghentikan seluruh gerakan tubuh minimal selama membaca kalimat tasbih. Dalam kitab Safinatun Najah, Syekh Salim bin Samir Al-Hadrami menjelaskan demikian, yakni diam sejenak dengan kadar waktu lamanya membaca subhanallah

Sebagai contoh saat kita melakukan rukuk dengan sempurna sesuai aturan (yakni sama rata antara punggung dan kepala dan sudah membentuk sudut 900 dengan kaki), maka setelah itu kita harus tenang dan diam sejenak untuk tuma’ninah

Setelah diam sejenak, barulah baca bacaan rukuk dan melanjutkan rukun salat lainnya. Jadi dari sini artinya adalah diam sejenak untuk mengambil jeda saat melakukan gerakan salat agar bisa khusyuk. 

Empat Rukun Wajib Tuma’ninah

Ada beberapa posisi dalam salat yang membutuhkan diam sejenak agar rukun dapat terlaksana dan mencapai kekhusyukan. Posisi-posisi yang wajib diam sejenak tersebut yakni:

1. Rukuk

Rukuk adalah salah satu gerakan dalam salat yang apabila ditinggalkan maka salatnya akan batal. Jika kita lupa melaksanakan rukuk maka wajib melakukan sujud syahwi (sujud karena lupa). Rukuk ini dilakukan dengan cara meletakkan kedua tangan diatas lutut dan posisi punggung dengan kepala adalah sejajar. 

Dalam hal ini, ada sebuah hadis yang menceritakan pentingnya diam sejenak. Rasulullah dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengatakan rukuklah dengan tenang dalam keadaan rukuk.

Hadis tersebut menceritakan bahwa dulu ada seorang laki-laki yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan salat, kemudian oleh Rasulullah disuruh untuk mengulangi sampai 3 kali. Lalu laki-laki itu diajari bagaimana salat yang benar, dan Nabi mengucapkan perintah tenang atau tuma’ninah dalam salat. 

2. I’tidal

I’tidal ini mempunyai arti gerakan bangun dari rukuk. Gerakan ini juga merupakan gerakan wajib dalam salat yang tidak boleh ditinggalkan agar salat menjadi sah. Sama seperti rukuk, saat melakukan i’tidal, seseorang harus melakukannya dengan tuma’ninah, yang berarti diam sejenak, tenang, dan tidak tergesa-gesa.

Diam sejenak saat i’tidal sebenarnya tidak hanya membuat salat menjadi khusyuk, namun juga bisa sebagai pemisah gerakan salat antara satu dengan lainnya supaya bisa dibedakan tempatnya. 

3. Sujud

Sujud merupakan gerakan salat yang membungkuk sebagai bentuk ibadah dan penghambaan kepada Tuhan dengan menghadap kiblat. Setiap gerakan salat pasti ada gerakan sujud karena termasuk gerakan wajib dalam salat yang apabila ditinggalkan, salatnya menjadi tidak sah. 

Saat melakukan gerakan sujud, kita diwajibkan untuk melaksanakan tuma’ninah. Diam sejenak dalam sujud ini sebagai bentuk keseriusan kita sebagai hamba untuk bersujud kepada Tuhan di tempat sujud. Bukan cuma pasrah, namun betul-betul menurunkan beban di tempat sujud tersebut. 

Ini persis seperti penjelasan dari Imam Nawawi yang pernah berkata bahwa tidak cukup kita hanya menempelkan kening dengan menyentuhnya. Bahkan kita harus menjatuhkan kepala dan bahu ke tempat sujud hingga posisi kening stabil. 

Jika seseorang sujudnya di atas kapas, rumput atau sesuatu lain yang serupa dengannya, maka dia harus menurunkan berat badannya hingga keningnya menyentuh benda tersebut dan terlihat bekas tangannya apabila tangannya ada di bawah benda tersebut. Apabila tidak dilakukan, maka sujud jadi tidak sah.

4. Duduk di Antara Dua Sujud

Duduk iftirasy atau duduk di antara dua sujud ini adalah gerakan yang dilakukan setelah sujud sebelum akhirnya dilanjutkan sujud lagi. Saat melakukan gerakan ini, kita harus tuma’ninah supaya salat menjadi sah dan sempurna. 

Apabila seseorang melakukannya dengan tergesa-gesa dan terlalu cepat, maka esensi dari salat yakni ibadah dan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah menjadi kurang mendalam.

Bagaimana Cara Melaksanakannya?

Mendapatkan salat yang sempurna adalah keinginan semua umat Islam, karena salat adalah ibadah yang pertama kali dihisab ketika di akhirat nanti. Nah, untuk mendapatkan kesempurnaan itu perlunya melakukan tuma’ninah

Pertanyaannya, bagaimana cara melaksanakannya?

Ada sebuah hadis riwayat Imam Bukhari yang menjelaskan apabila kita mengerjakan salat maka hendaklah bertakbir, kemudian baca surah Al-Qur’an yang mudah. 

Setelah itu rukuklah hingga benar-benar rukuk secara tuma’ninah, lalu bangkit dari rukuk dan berdiri tegak, kemudian sujud hingga benar-benar sujud. Kemudian angkat kepala untuk duduk hingga benar-benar duduk, setelah itu sujud lagi sampai benar-benar sujud. 

Dari penjelasan hadis tersebut sikap tenang dan diam sejenak dalam mengerjakan salat bisa dilakukan apabila kita benar-benar meresapi apa yang dikerjakan. Ketika sujud harus sampai benar-benar sujud, rukuk sampai benar-benar rukuk, dan lain sebagainya. 

Jika rukun ini dilaksanakan dengan sempurna, maka ketenangan dan kenyamanan saat salat akan mudah dirasakan. Jadi tidak hanya sekadar melakukan gerakan dan membaca bacaannya saja, namun juga menikmati setiap gerakan salat yang dilakukan. 

Cara ini juga bisa membuat kita betah untuk berlama-lama beribadah serta mencapai kekhusyukan sempurna. Kalau melaksanakan salat dengan meninggalkan tuma’ninah, maka kenikmatan dalam salat tidak akan sampai ke hati dan tubuh kita, yang ada justru rasa tidak tenang karena tergesa-gesa saat melakukannya. 

Hikmah Melakukan Tuma’ninah

Ada banyak hikmah yang datang ketika seseorang melakukan salat dengan khusyuk. Seseorang akan menjadi khusyuk apabila ia mampu memahami setiap bacaan dan gerakan salat yang ia lakukan.

Dalam Al-Qur’an sendiri (Surah Al-Mu’minun ayat 1-2) sudah menjelaskan keberuntungan bagi orang-orang yang salatnya khusyuk. Di antara hikmah dari salat yang khusyuk adalah:

  • Memiliki disiplin atau manajemen waktu yang baik karena Allah mengingatkan kita salat 5 waktu dalam sehari;
  • Memiliki manajemen niat yang baik;
  • Memiliki manajemen sense of clean, yakni manajemen kebersihan karena salat diawali dengan wudhu;
  • Memiliki manajemen tertib;
  • Serta, mampu bersikap tenang dan fokus dalam melakukan sesuatu.

Sudah Tahu Apa Itu Tuma’ninah dan Cara Melakukannya?

Tuma’ninah adalah salah satu rukun salat yang tidak boleh kita tinggalkan, karena disitulah letak kekhusyukan dan kenikmatan saat salat. Sikap diam sejenak saat salat juga sebagai pemisah gerakan salat antara satu dengan lainnya agar bisa dibedakan. 

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page