Tentunya tidak sedikit orang-orang yang menyukai atau senang membaca sebuah karya sastra, salah satunya novel. Novel sendiri memanglah menarik untuk dibaca, entah itu fiksi atau non fiksi. Namun untuk membangun dan merancang cerita menarik di dalamnya, tentunya memiliki beberapa unsur intrinsik novel.
Jika nantinya ingin menganalisis sebuah novel, pastinya kamu harus memahami unsur intrinsiknya. Agar tidak penasaran mengenai apa saja unsur intrinsik novel, simak penjelasan berikut ini.
Daftar ISI
Apa itu Unsur Intrinsik Novel?
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian unsur intrinsik novel agar bisa lebih memperjelas lagi. Unsur intrinsik di dalam novel merupakan bagian yang membentuk cerita secara langsung.
Jadi, bisa dibilang jika tidak terdapat salah satu unsur intrinsik di dalam suatu cerita, maka tidak bisa disebut novel ataupun karya sastra.
Unsur Intrinsik Novel
Terdapat beberapa unsur intrinsik dalam novel meliputi tema, alur cerita, tokoh atau penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan amanat. Untuk lebih jelasnya, simak penjabaran berikut ini.
1. Tema
Unsur pertama novel adalah tema. Tema sendiri bisa disebut sebuah ide pokok atau topik utama cerita dalam novel. Lalu tema ini biasanya akan disebutkan pertama kali. Untuk mencari kejelasan tema, kamu harus menyelesaikan atau membaca keseluruhan cerita karena tema tidak bisa ditemukan pada bagian-bagian tertentu.
Kemudian tema yang diangkat ke dalam novel pada umumnya mengangkat kondisi kehidupan dan sifatnya universal. Maksudnya, tema itu akan atau sudah dialami oleh setiap orang yang ada di bagian dunia manapun.
Untuk menentukan tema ini, biasanya berdasarkan permasalah yang sedang dialami atau pengalaman perorangan atau kelompok.
Misalnya tema mengangkat masalah pendidikan yang mencakup pendidikan di dalam dan di luar sekolah. Pemilihan tema tersebut bisa dibilang cenderung subjektif dan akan dikembangan dengan kekreatifan penulis.
Selain itu, tema masih dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Tema Mayor
Untuk pembagian yang pertama merupakan jenis tema mayor. Nantinya tema ini akan disampaikan lebih dari satu kali, sehingga dapat memberikan warna yang dominan dalam cerita.
Biasanya tema ini akan mengangkat tentang pendidikan, persahabatan, dan perjuangan. Dengan begitu ketiga tema tersebut akan paling sering diulangi dalam cerita.
b. Tema Minor
Ada juga jenis minor yang merupakan sebuah oposisi dari tema mayor. Biasanya tema ini akan muncul pada bagian-bagian tertentu saja sehingga bisa dibilang tema minor merupakan sisipan kecil dalam alur cerita novel.
Maka dari itu, untuk mencarinya, mungkin kamu harus membaca secara lebih menyeluruh dan memahami setiap bagian novel.
c. Tema Non Tradisional
Selain itu ada juga tema non tradisional. Penggunaan tema ini bisa dibilang jarang atau tidak umum diangkat dalam cerita novel sehingga tidak dipungkiri bahwa alur pada cerita novel itu bisa mengecewakan pembaca karena berbeda dengan ekspektasi.
Contoh untuk tema non tradisional yang muncul adalah ketika akhir cerita dalam suatu novel membuat tokoh antagonis menjadi pemenangnya, sedangkan tokoh protagonis mengalami kekalahan. Jika dilihat pada umumnya pemeran baik yang menjadi pemenangnya.
d. Tema Tradisional
Berikutnya adalah tema tradisional. Tema ini tentunya banyak digunakan dalam cerita novel sehingga pembaca bisa memikirkan dan menebak alur ceritanya hingga akhir. Namun kebanyakan pembaca senang dengan tema seperti ini sehingga penggunaannya hingga sekarang masih tetap dipertahankan.
Contohnya saja, sebagai orang yang ingin mendapatkan cinta sejati harus membutuhkan pengorbanan. Kemudian orang yang baik atau jujur akan menjadi pemenang di akhir.
2. Alur Cerita atau Plot
Unsur intrinsik novel selanjutnya adalah alur atau plot. Alur atau plot cerita novel ini merupakan jalan cerita yang nantinya dapat membentuk suatu peristiwa yang melibatkan tokoh di dalam novel. Kemudian alur novel sendiri terdapat beberapa tahapan, yaitu:
a. Pengenalan Tokoh
Tahapan yang pertama adalah pengenalan tokoh yang ada di dalam cerita novel. Nantinya penulis akan memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat di cerita tersebut. Kemudian dalam tahap ini juga akan diperlihatkan unsur dasar di dalam cerita. Misalnya saja latar tempat, suasananya, dan waktu terjadinya peristiwa.
Dengan begitu, tahap ini akan membuat pembaca tahu siapa saja tokoh yang terlibat dan dimana tempat terjadinya peristiwa dalam cerita serta bagaimana suasana yang diciptakan oleh penulis.
b. Mulainya Konflik
Setelah tahapan pengenalan tokoh, maka tahapan selanjutnya adalah mulainya konflik atau masalah. Nantinya penulis akan menjelaskan dalam bentuk cerita mengenai bagaimana masalah itu bisa terjadi dan apa saja penyebabnya.
Pada umumnya konflik atau masalah yang muncul dalam cerita merupakan pertikaian antar tokoh atau bisa juga dari salah satu tokoh itu sendiri. Namun masalah yang terjadi di dalam cerita tersebut tidak akan bertahan lama, tetapi masalah itu bisa berawal dari perkara kecil hingga membesar.
Maka dari itu, biasanya novel yang memiliki jalan cerita menarik akan membuat pembaca menantikan konflik apa saja yang muncul. Kemudian tahap mulainya konflik ini bisa juga menstimulus pembaca untuk dapat melanjutkan cerita dengan konflik yang lebih rumit.
c. Puncak Konflik atau Klimaks
Ketika penulis sudah menceritakan awal konflik muncul, maka pada tahap selanjutnya adalah konflik mulai memuncak atau klimaks. Tahap puncak masalah ini biasanya yang paling dinantikan oleh pembaca karena bisa muncul hal yang lebih menarik dari tokoh di dalam cerita.
Selain itu, pembaca pun akan betah untuk mengikuti jalannya cerita dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya ketika puncak masalah muncul. Kemudian suasana tegang dan keseruan saat membaca akan datang ketika konflik yang memanas dan menunggu bagaimana para tokoh memecahkan konflik tersebut.
d. Meredanya Konflik
Setelah konflik memanas, tentunya tokoh dalam cerita sudah mendapatkan cara untuk menyelesaikannya dan permasalah pun mulai mereda sehingga dapat membuat pembaca kagum dengan tokoh utama karena bisa mengatasi masalah yang terjadi.
Kemudian ketegangan dari pembaca akan mereda ketika mengetahui tokoh utama sudah melakukan berbagai cara yang terduga atau tidak terduga untuk mengatasi masalah tersebut. Kemudian pada tahapan meredanya konflik, suasana yang terbangun biasanya tidak mudah ditebak oleh pembaca.
e. Penyelesaian
Tahap alur yang terakhir adalah penyelesaian yang dialami para tokoh cerita novel. Ketika penulis sudah tidak menceritakan masalah apa saja yang terjadi, maka akan mulai menuliskan penyelesaiannya.
Kemudian pada tahap ini, pembaca bisa menyimpulkan kesan dari cerita dan pembaca akan menyisipkan pesan di dalamnya.
3. Tokoh atau Penokohan
Unsur intrinsik novel berikutnya adalah tokoh atau penokohan. Namun perlu dipahami bahwa tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang memiliki definisi berbeda. Jadi, jangan sampai salah mengartikan tokoh dan penokohan.
Untuk tokoh sendiri merupakan seorang pemeran dalam cerita yang memiliki sifat atau perilaku berdasarkan alur cerita. Sementara itu, penokohan merupakan sifat atau perilaku tokoh yang digambarkan oleh penulis di dalam cerita.
Kemudian, unsur intrinsik novel ini juga ada beberapa jenis atau klasifikasi tokoh yang perlu dipahami, yaitu:
a. Tokoh Utama
Perlu diketahui, terdapat salah satu satu jenis tokoh yaitu tokoh utama, dimana individu ini paling banyak muncul dan diceritakan sebagai pelaku atau sasaran. Kemudian tokoh utama ini yang akan memengaruhi alur dan pengembangan cerita. Tidak heran jika kamu akan menemukan cerita tokoh utama dalam setiap halamannya.
b. Tokoh Tambahan
Selain itu, terdapat juga tokoh tambahan atau pembantu. Tokoh tambahan ini akan membantu tokoh utama sepanjang cerita. Namun salah satu tokoh ini sering diabaikan oleh pembaca karena bisa dibilang tidak terlalu berpengaruh pada jalannya cerita.
c. Tokoh Protagonis
Jenis tokoh satu ini mungkin biasa didengar sebagai tokoh yang baik. Kemudian tokoh ini merupakan representasi dari harapan pembaca dan relate dengan permasalahan pembaca, sehingga bisa menimbulkan rasa empati.
d. Tokoh Antagonis
Tokoh ini biasanya akan menjadi “lawan” dari tokoh protagonis dan menentang keberadaannya. Meskipun jika dilihat dari perilaku dan lisannya yang bisa dibilang jahat, namun adanya tokoh antagonis akan membuat jalannya cerita semakin menarik.
e. Tokoh Statis
Jenis tokoh selanjutnya adalah tokoh statis. Dari namanya mungkin kamu bisa tahu bahwa tokoh ini memiliki personality yang tidak berubah ketika atau setelah peristiwa di dalam cerita terjadi. Jadi dari awalan hingga akhir cerita, tokoh ini akan memiliki sikap dan watak yang tetap.
f. Tokoh Berkembang
Tokoh ini berbeda dengan jenis statis sebelumnya, dimana tokoh berkembang akan mengalami perubahan watak atau sikap seiring terjadinya sebab dan akibat dalam cerita. Biasanya toko berkembang ini mudah untuk berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga bisa memengaruhi kepribadiannya.
4. Sudut Pandang
Unsur intrinsik novel lainnya adalah sudut pandang. Pengertian dari sudut pandang adalah sebuah cara pandang yang dipakai oleh penulis dalam menggambarkan isi ceritanya. Kemudian dalam sudut pandang ini terbagi ke dalam beberapa jenis seperti orang pertama, kedua, ketiga, dan campuran.
a. Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang orang pertama adalah posisi ketika pembaca seolah-olah menjadi salah satu tokoh dalam cerita dan menjalankan peran dari tokoh tersebut. Biasanya kalimat untuk sudut pandang orang pertama terdapat kata ganti “saya” dan “aku” (tunggal) serta “kami” (jamak).
Kemudian untuk sudut pandang orang pertama ini masih dibagi dalam beberapa bagian lagi, yakni tokoh utama dan sampingan.
- Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh Utama)
Nantinya tokoh utama atau “aku” yang dibuat oleh penulis akan seperti masuk ke dalam cerita dan berperan sebagai pelaku utama untuk membawakan setiap alurnya.
- Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh Sampingan)
Pada sudut pandang ini, penulis akan membuat pemeran “aku” sebagai tokoh sampingan atau pendamping. Singkatnya, tokoh sampingan bertindak sebagai saksi dalam cerita/peristiwa yang dialami peran utama.
b. Sudut Pandang Orang Kedua
Mungkin dalam suatu cerita sering menggunakan sudut pandang orang pertama atau orang ketiga. Namun secara fakta terdapat juga sudut pandang orang kedua yang berguna sebagai sisipan saja. Kemudian sudut pandang orang kedua ini seolah-olah terdapat narator yang berbicara dengan pembaca.
Untuk kata gantinya yaitu menggunakan kata “kau”. Meskipun jarang sekali ditemukan sudut pandang orang kedua pada karya sastra fiksi, namun masih ditemukan juga salah satunya dalam novel Burung-Burung Manyar.
c. Sudut Pandang Orang Ketiga
Lalu ada jenis sudut pandang orang ketiga. Jika kamu bandingkan dengan sudut pandang orang pertama, pada sudut pandang orang ketiga ini terdapat perbedaan yaitu pada kebebasan perannya. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti “ia”, “dia”, dan “mereka” (kata ganti dalam bentuk jamak).
d. Sudut Pandang Campuran
Ini adalah kombinasi antara sudut pandang “aku”-an dan “dia”-an. Kemudian terdapat ciri dari sudut pandang ini yaitu penulis dapat masuk ke cerita yang dibuat, namun bukan sebagai tokoh utama dan memiliki masanya dimana bisa menjadi orang yang biasa.
5. Latar
Latar sebagai salah satu unsur intrinsik novel merupakan gambaran tempat kejadian yang dibuat oleh penulis dan cara untuk memperlihatkan suasana dan situasi dengan jelas. Tidak hanya itu, latar juga bisa menjelaskan kapan situasi atau peristiwa dalam cerita tersebut terjadi.
Lalu untuk latar cerita sendiri terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Latar Tempat
Pertama adalah latar tempat. Jenis latar ini menjelaskan mengenai lokasi dari peristiwa yang diceritakan. Untuk penyampaiannya dalam cerita, terdapat dua cara, yaitu:
- Implisit
Pada cara ini, penggambaran latar tempat bisa dibilang tidak jelas karena penulis menyampaikannya hanya gambaran tempat. Misalnya saja orang itu tinggal di rumah yang tanpa atap.
- Eksplisit
Untuk latar tempat yang disampaikan dengan cara eksplisit ini akan ditulis lebih jelas. Misalnya saja kakak sudah tiba di stasiun Tugu Yogyakarta.
b. Latar Waktu
Selain itu, ada latar waktu yang wajib ada di dalam sebuah karya sastra. Latar ini pastinya sudah jelas menggambarkan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Cara penyampaian latar ini pun sama dengan latar tempat, yaitu:
- Implisit
Penyampaian dengan cara implisit ini tidak ceritakan secara jelas dan langsung, bahkan tidak dijelaskan tepatnya kapan peristiwa itu terjadi. Misalnya saja adik berangkat sekolah ketika matahari mulai terbit, tidak ada penyebutan hari maupun jam.
- Eksplisit
Untuk cara penyampaian yang eksplisit, penulis memberikan penjelasan terkait latar waktu ini dan bisa menyebutkan jam serta tanggalnya. Misalnya saja ayah sampai di Yogyakarta pada tanggal 10 Mei 2023 pukul 15.00 WIB.
c. Latar Suasana
Latar yang terakhir yaitu mengenai suasana dalam cerita. Untuk latar suasana ini biasanya menggambarkan keadaan hati tokoh dan kondisi lingkungan sekitar dalam cerita. Kemudian dalam penyampaian latar suasana tidak secara langsung melainkan dengan mendeskripsikannya.
6. Gaya Bahasa
Unsur intrinsik novel berikutnya adalah gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa pada cerita akan membuat penyampaiannya terlihat unik dan menarik. Kemudian penggunaan gaya bahasa pada karya sastra dari penulis satu dengan lainnya akan memiliki ciri khasnya sendiri.
Nantinya penulis akan merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang menarik dan bisa menggambarkan pikiran serta perasaan tokoh. Dalam cerita novel biasanya terdapat kalimat khusus yang disebut pigura bahasa yang jenisnya seperti pleonasme, klimaks, hiperbola, metafora, dan lainnya.
7. Amanat
Unsur intrinsik novel yang terakhir adalah amanat. Nantinya penulis akan membuat karya sastra seperti novel serta mengandung pesan-pesan yang dapat disampaikan kepada pembaca. Namun pesan atau amanat cerita novel ini tidak tertulis, tapi disampaikan dengan cara tersirat.
Contoh Unsur Intrinsik Novel
Untuk memperjelas lagi mengenai unsur intrinsik ini, simak contoh berikut yang mengambil dari novel Gadis Pantai by Pramoedya Ananta Toer.
- Tema: novel ini bertemakan perkawinan paksa dan ketimpangan sastra sosial pada masa feodal.
- Alur cerita: menggunakan alur maju.
(Pengenalan): cerita dimulai dari seorang gadis remaja, si Gadis Pantai, dan orang tuanya merupakan orang miskin di kampung nelayan.
(Mulainya konflik): Gadis Pantai dipaksa menikahi Bendoro, seorang priyayi kaya.
(Puncak konflik): selama tahun pertama si Gadis Pantai mulai beradaptasi dengan kehidupan priyayi dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Namun batinnya tersiksa, merindukan kehidupan bebas dekat dengan laut.
(Meredanya konflik): keluarga Bendoro berusaha menyingkirkan Gadis Pantai dan Bendoro sendiri bersikap tak acuh kepada Gadis Pantai yang sedang mengandung anak pertamanya.
(Penyelesaian): Bendoro mengusir Gadis Pantai dan memisahkan dengan anaknya. Kemudian Gadis Pantai pergi ke Blora melanjutkan hidupnya.
- Tokoh atau penokohan: tokoh utama Gadis Pantai adalah orang yang ingin tahu, tegar, melankolis, dan rindu kebebasan. Tokoh pembantu terdiri dari Bendoro, Emak, Bapak, Bujang, Mardinah, Mardikun, Si Dul, Kakek, warga kampung, Kakek Tua, Pak Kusir.
- Sudut pandang: orang ketiga
- Latar: tempat di pesisir pantai utara di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Rembang. Waktu pada penjajahan Belanda. Suasana budaya feodal yang begitu kental.
- Gaya bahasa: bahasa Jawa dan Melayu.
- Amanat: mengenai kesetaraan hak perempuan.
Sudah Tahu Apa Saja Unsur Intrinsik Novel?
Itulah penjelasan mengenai unsur intrinsik novel yang bisa dipahami. Dengan begitu, dari bacaan di atas semoga bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Sekarang, apakah kamu sudah siap membedah unsur intrinsik novel bacaanmu?