Sejarah Kerajaan Singasari, Peninggalan, dan Masa Kejayaan

Kerajaan Singasari yang juga terkenal dengan nama Kerajaan Tumapel merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang terletak di daerah Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sejarah Kerajaan Singasari yang panjang dan penuh dengan kisah kejayaan menjadi salah satu pembahasan sejarah yang menarik.

Dalam artikel ini, kita akan membahas asal-usul Kerajaan Singasari, puncak kejayaan, letak, hingga peninggalan bersejarahnya yang masih bisa Anda saksikan secara langsung hingga saat ini. Baca dan simak informasi pada artikel ini sampai selesai, ya!

Sejarah Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari sendiri berdiri sekitar abad ke-13 hingga awal abad ke-14. Berikut adalah urutan sejarah singkat dari Kerajaan Singasari:

1. Sejarah Nama Kerajaan

Sebelum menjadi Kerajaan Singasari, wilayah ini dikenal dengan nama Kerajaan Tumapel dengan ibukota kerajaan bernama Kutaraja. Nama Singasari sendiri berasal dari keputusan Raja Wisnuwardhana.

Raja Wisnuwardhana kemudian mengganti nama pusat pemerintahan menjadi Singasari setelah menunjuk putranya, Kertanegara, sebagai putra mahkota. Meskipun nama ibukota lebih terkenal, orang lebih terbiasa menyebut kerajaan ini dengan nama Kerajaan Singasari.

2. Pendiri dan Pemimpin Kerajaan

Menurut berbagai sumber-sumber, Kerajaan Singasari pertama kali didirikan oleh seorang tokoh bernama Ken Arok pada tahun 1222 Masehi. Banyak yang percaya bahwa sejarah Kerajaan Singasari bermula ketika Ken Arok menjadi raja pertama Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. 

Ia merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah kerajaan ini. Menurut Kitab Pararaton, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung yang merupakan pemimpin Kerajaan Tumapel saat itu.

Setelah itu, Ken Arok menikahi istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Dari pernikahan tersebut, Ken Dedes melahirkan beberapa, yaitu Panji Saprang, Mahisa Wonga Teleng, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Namun, Ken Arok juga memiliki anak sambung dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung, namanya Anusapati.

Pada saat yang hampir bersamaan, Ken Arok memiliki niat untuk melepaskan Kerajaan Singasari dari kekuasaan Kerajaan Kediri. Peperangan sengit pun terjadi antara Kerajaan Singasari dan Kerjaan Kediri. Akhirnya, Kerajaan Singasari di bawah kepemimpinan Ken Arok berhasil memenangkan perang.

Asal-usul sejarah Kerajaan Singasari dapat Anda temukan dalam berbagai sumber seperti Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama, dan prasasti-prasasti peninggalan. Meskipun terdapat perbedaan dalam setiap versi sejarah, namun semua kitab sepakat bahwa Ken Arok adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Singasari.

3. Perbedaan Versi dalam Sejarah Kerajaan Singasari

Terdapat dua versi yang berbeda dalam mengidentifikasi sejarah Kerajaan Singasari. Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama memberikan pandangan yang berbeda mengenai daftar penguasa dan angka tahunnya.

Menurut Kitab Pararaton, putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes yakni Anusapati ingin membalas dendam terhadap Ken Arok yang telah membunuh ayahnya. Setelah Ken Arok meninggal pada tahun 1247, Anusapati berhasil mengambil alih kekuasaan Kerajaan Singasari. 

Anusapati kemudian tewas terbunuh di tangan Tohjaya yang merupakan anak Ken Arok dari Ken Umang (selir). Sehingga, Tohjaya menjadi Raja Kerajaan Singasari setelah Anusapati. 

Namun, pemerintahan Tohjaya berlangsung singkat karena Tohjaya digulingkan oleh Ranggawuni atau Wisnuwardhana. Kemudian, Wisnuwardhana mewariskan kekuasaan kepada putranya yang bernama Kertarajasa.

Sementara itu, Kitab Negarakertagama memberikan versi sejarah Kerajaan Singasari yang berbeda. Menurut kitab ini, penguasa Kerajaan Singasari yang mengalahkan Kerajaan Kediri adalah Rangga Rajasa Sang Girinathaputra. 

Kemudian, putra Rangga Rajasa yang bernama Anusapati berhasil menggantikan ayahnya sebagai Raja Kerajaan Singasari. Setelah itu, Anusapati digantikan oleh putranya yang bernama Wisnuwardhana, lalu Wisnuwardhana mewariskan kekuasaannya kepada Kertanegara sebagai raja terakhir Kerajaan Singasari.

Letak Kerajaan Singasari

Peninggalan-peninggalan bersejarah yang sudah kita bahas di atas menjadi saksi bisu dari kejayaan dan kekayaan budaya sejarah Kerajaan Singasari pada masa itu. Kerajaan Singasari berada di Kabupaten Singosari, Malang, Jawa Timur. 

Wilayah kerajaan ini meliputi sebagian besar Jawa Timur, serta beberapa wilayah di luar Jawa seperti Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Letak geografis yang strategis membuatnya menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan pada masa itu.

Puncak Kejayaan Kerajaan Singasari

Selama kurun waktu 100 tahun sejak masa pemerintahan Ken Arok, Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan beberapa raja yang berpengaruh. Salah satu raja terkenal dari Kerajaan Singasari adalah Kertanegara, yang memerintah dari tahun 1272 hingga 1292.

Pada masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singasari mencapai kekuasaan yang luas. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Jawa Timur, Bali, dan wilayah lain seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kerajaan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok, India, dan negara Asia Tenggara lainnya.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Singasari terkenal sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan. Banyak peninggalan bersejarah seperti candi dan arca ditemukan pada wilayah Kerajaan Singasari. Peninggalan-peninggalan ini menjadi saksi bisu dari kejayaan dan kekayaan budaya kerajaan pada masa itu.

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Singasari

Salah satu peninggalan bersejarah yang terkenal dari Kerajaan Singasari adalah Candi Singasari. Namun, selain Candi Singasari, ada beberapa peninggalan lain berupa arca dan prasasti yang menceritakan kehidupan sejarah Kerajaan Singasari. Adapun peninggalan-peninggalan tersebut meliputi:

1. Arca

Arca Peninggalan Kerajaan Singasari
Arca Peninggalan Kerajaan Singasari | Sumber Gambar: Edukasi.okezone.com

Salah satu peninggalan paling terkenal dari Kerajaan Singasari adalah berbagai macam arca yang ditemukan di wilayah tersebut. Berikut adalah beberapa macam arca peninggalan Kerajaan Singasari.

  • Patung Arca Ken Dedes: Menggambarkan sosok Ken Dedes, istri Raja Ken Arok, yang terkenal sebagai wanita paling cantik pada zamannya dan sumber konflik di antara para penguasa.
  • Arca Joko Dolok: Menggambarkan sosok Joko Dolok, anak Ken Arok dari permaisurinya yang kedua Ken Umang, yang merupakan tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Singasari.
  • Patung Arca Dwarapala: Patung penjaga pintu kerajaan yang kuat dan gagah, dengan wajah serius yang melambangkan keberanian dan kekuatan.
  • Arca Wisnu Wardhana: Menggambarkan sosok Dewa Wisnu dalam berbagai posisi dan penampilan, yang merupakan objek pemujaan utama dalam agama Hindu saat itu.
  • Patung Arca Anuspati: Menggambarkan sosok Anusapati, raja terkenal dari Singasari, yang merupakan putra Ken Dedes dari pernikahannya dengan Tunggul Ametung.
  • Arca Manjusri: Menggambarkan sosok Manjusri yang merupakan dewa kebijaksanaan dalam agama Buddha. Patung ini ditemukan di Candi Jago yang juga merupakan salah satu peninggalan terkenal dari Kerajaan Singasari.

2. Candi

Candi Singasari
Candi Singasari | Sumber Gambar: Wikipedia.org

Selain arca, Kerajaan Singasari juga meninggalkan sejumlah candi yang merupakan bukti kebesaran dan keagungan sejarah Kerajaan Singasari itu sendiri. Berikut adalah beberapa candi peninggalannya:

  • Candi Jago: Merupakan candi terkenal dari Kerajaan Singasari yang mana dibangun atas perintah Raja Kertanegara untuk menghormati ayahnya, Ranggawuni.
  • Candi Kidal: Candi bersejarah yang dibangun untuk menghormati Anusapati, raja kedua Kerajaan Singasari.
  • Komplek Candi Jawi: Candi yang terletak di Desa Candi Wates, Pasuruan. Banyak yang percaya bahwa candi ini adalah peninggalan Kerajaan Singasari dari abad ke-13 dan merupakan tempat ibadah Siwa-Buddha yang mencerminkan pengaruh Hindu dan Buddha pada masa itu.
  • Candi Singasari: Merupakan candi yang berbentuk bujur sangkar dan terletak di Desa Candirenggo, Malang. Candi ini merupakan tempat peristirahatan Raja Kertanegara, penguasa pada masa kejayaan Kerajaan Singasari.

Sebagai tambahan informasi, Candi Singasari memiliki arsitektur khas Jawa dengan sentuhan seni Hindu-Buddha. Struktur bangunannya terdiri dari beberapa tingkat, dengan relief-relief yang menggambarkan adegan-adegan kehidupan pada masa itu. 

3. Prasasti

Prasasti Peninggalan Kerajaan Singasari
Prasasti Peninggalan Kerajaan Singasari | Sumber Gambar: Artiini.com

Selain arca dan candi, Kerajaan Singasari juga meninggalkan beberapa prasasti yang berisi ungkapan penghormatan terhadap para penguasa dan catatan sejarah Kerajaan Singasari secara keseluruhan. Berikut ini merupakan beberapa prasasti peninggalan dari Kerajaan Singasari:

  • Prasasti Singasari: Merupakan tanda penghargaan atas pembangunan candi pemakaman oleh Gajah Mada di Singosari, Malang. Secara spesifik, prasasti ini mengungkapkan detail tentang aktivitas pembangunan saat itu.
  • Prasasti Wurare: Merupakan prasasti penghormatan untuk Raja Kertanegara dalam Bahasa Sanskerta. Menurut kepercayaan yang beredar, prasasti ini memiliki derajat Buddha Agung untuk menunjukkan besarnya pengaruh Kerajaan Singasari dalam agama.
  • Prasasti Manjusri: Merupakan manuskrip yang terukir pada belakang Arca Manjusri. Pada awalnya, prasasti ini berada di Candi Jago, tetapi sekarang ada di Museum Nasional Jakarta. Prasasti Manjusri mengungkapkan kehadiran dan pengaruh agama Buddha dalam kehidupan masyarakat.

Baca Juga: Prasasti Adalah: Pengertian, Sejarah, Fungsi, dan Contohnya

Sudah Tahu Sejarah Kerajaan Singasari, Bukan?

Pada intinya, sejarah Kerajaan Singasari memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban dan kekayaan budaya Indonesia pada masa lalu. Sebab, Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berpengaruh di Jawa Timur. 

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan raja-raja terkenal seperti Kertanegara. Selain itu, melalui peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada, kita dapat mengapresiasi warisan nenek moyang dan mempelajari lebih lanjut tentang sejarah bangsa ini.

Maka dari itu, kita harus terus menjaga keberadaan peninggalan-peninggalannya dengan tidak merusak, mengotori, atau mengambil sebagian bentuk dari arca hingga prasasti yang telah disebutkan di atas. Anda bisa melihat dan mengunjungi lokasi peninggalan-peninggalan tersebut sebagai bentuk melestarikan warisan budaya.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page