Salah satu Upacara Keagamaan Konghucu yang paling meriah adalah Cap Go Meh. Acara ini masyarakat Konghucu peringati setahun sekali, yaitu setiap hari ke 15 pada bulan yang pertama di kalender Tionghoa.
Meriahnya peringatan Cap Go Meh biasanya tidak hanya dirasakan oleh mereka yang merayakannya. Namun, masyarakat sekitar juga turut merasakan dan menikmati hiruk pikuk perayaan budaya yang memiliki ciri khas warna merah ini. Mari simak ulasan perihal Cap Go Meh secara lebih lengkap di bawah ini!
Daftar ISI
Pengertian dan Sejarah Cap Go Meh
Pada bahasa asalnya, Upacara Keagamaan Konghucu Cap Go Meh memiliki makna yang sangat denotatif, yaitu hari kelima belas setelah tahun baru. Hari tersebut merupakan hari terakhir dalam rangkaian perayaan tahun baru, sekaligus juga malam bulan purnama yang pertama.
Dengan demikian, Cap Go Meh adalah rangkaian tradisi untuk menutup perayaan tahun baru Imlek itu sendiri. Walau berperan sebagai penutup, perayaan ini justru seringkali menjadi puncak perayaan tahun baru.
Dahulu kala, para biksu akan menyalakan lentera pada malam Cap Go Meh. Tujuannya adalah untuk memberikan penghormatan pada Sang Buddha. Tradisi ini terus terbawa hingga sekarang, dimana tidak hanya dirayakan oleh umat Buddha, tetapi juga umat Konghucu dan Tionghoa.
Sampai saat ini, upacara keagamaan yang satu ini tidak hanya berisi doa, tetapi memiliki beberapa tradisi lain yang cukup unik dan menarik. Artikel ini mengulasnya dengan lengkap.
Tradisi dan Fungsi Upacara Keagamaan Konghucu
Hingga saat ini, ada cukup banyak tradisi atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat dalam perayaan Cap Go Meh. Berikut ini penjelasan lengkap beserta dengan fungsi dari setiap tradisi tersebut:
1. Menyalakan Lentera
Tradisi Upacara Keagamaan Konghucu pertama yang paling khas adalah menyalakan lentera atau lampion. Karena, lentera sampai saat ini menjadi ciri khas yang mudah dikenali oleh masyarakat umum sebagai tanda masuknya periode perayaan Tahun Baru Imlek, termasuk Cap Go Meh.
Lentera merah ini tentu memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Pada awal sejarahnya, lentera ini memang bertujuan sebagai bentuk penghormatan pada Buddha. Namun saat ini, lentera memiliki makna yang lebih umum, yaitu wujud doa permohonan.
Makna doa dari lentera ini adalah agar Yang Maha Kuasa melimpahkan rejeki, kemakmuran, dan menerangi jalan sepanjang tahun tersebut. Selain itu, lentera juga bermakna untuk mengusir roh jahat dan kesialan.
Inilah sebabnya, mereka yang merayakan Cap Go Meh akan memasang lentera di depan rumah. Bahkan, lentera atau lampion juga biasanya digunakan untuk dekorasi di tempat umum, seperti jalanan.
2. Menebak Teka-Teki
Tradisi dalam Upacara Keagamaan Konghucu berikutnya adalah menebak teka-teki. Bentuk tradisi yang satu ini rupanya bukanlah kegiatan yang baru ada sejak zaman modern. Sejarah mencatat bahwa kegiatan ini sudah ada sejak masa Dinasti Song (960-1279 SM).
Biasanya, akan ada yang meletakkan tulisan atau teka-teki tertentu dalam sebuah lampion. Siapa yang dapat memecahkan teka-teki tersebut, akan mendapatkan penghargaan dari si pembuat teka-teki.
Selain berfungsi untuk memeriahkan suasana perayaan, masyarakat juga menggunakan metode ini untuk mengajarkan sesuatu pada mereka yang lebih muda. Harapannya, tradisi unik akan terus menjadi budaya dari masa ke masa.
3. Atraksi Barongsai
Salah satu tradisi yang paling menarik dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek hingga Cap Go Meh, yaitu atraksi barongsai. Dalam atraksi ini, akan ada beberapa orang yang menggunakan kostum singa dan melakukan atraksi yang menarik.
Dengan iringan lagu yang bersemangat, singa akan melompat dan menari. Tarian ini memiliki makna pengusiran terhadap roh jahat yang dapat mengganggu kesejahteraan hidup masyarakat.
Masyarakat sebaiknya menyaksikan atraksi barongsai sebagai bagian dari Upacara Keagamaan Konghucu, sebab ada fungsi yang lebih dari sekedar tradisi. Karena, dipercaya bahwa menyaksikan atraksi ini akan menarik energi positif, yang akan membawa berkah untuk sepanjang tahun ke depan.
4. Memasak Makanan Khas: Lontong Cap Go Meh
Tradisi Upacara Keagamaan Konghucu lain yang juga menjadi ciri khas perayaan hari kelima belas ini adalah lontong Cap Go Meh. Umumnya, setiap keluarga yang merayakan akan memasak jenis makanan ini. Bahkan, mereka akan membagikannya pada teman dan kerabat.
Jenis masakan ini memiliki makna yang cukup dalam. Sayur lodeh adalah lambang kekuatan. Santan kuning adalah simbolis dari emas yang bermakna kemakmuran. Sedangkan telur, dipercaya sebagai pembawa keberuntungan.
Sepiring lontong sayur yang penuh ini adalah simbol dari rezeki yang penuh melimpah. Selain untuk mendalami makna upacara keagamaan, masakan ini juga mempererat persaudaraan.
Ketiga sebuah keluarga mengirim masakan ini kerabatnya, itu berarti keluarga pengirim sedang mengirim doa dan harapan tentang makna dari masakan ini.
5. Memakan dan Membagikan Kue Keranjang
Selanjutnya adalah tradisi memakan dan membagikan kue keranjang. Kue keranjang adalah kue berbentuk bulat, dengan rasa yang kenyal. Saat ini, kue keranjang telah mengalami modifikasi dengan berbagai warna dan rasa yang enak.
Kue keranjang juga memiliki yang berfungsi sebagai doa dan harapan bagi keluarga yang memakannya. Bentuk yang bulat menandakan tekad untuk bersatu sebagai keluarga. Artinya, keluarga diharapkan untuk selalu saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tekstur yang kenyal pada kue keranjang sebagai bagian dari Upacara Keagamaan Konghucu adalah simbol perjuangan pantang menyerah, walau menghadapi berbagai tantangan. Makna lainnya adakah kegigihan dan kesehatian dalam sebuah keluarga.
6. Ritual Cuci Jalan
Ritual cuci jalan juga merupakan salah satu tradisi penting dalam rangkaian upacara keagamaan ini. Kegiatan ini biasanya masyarakat lakukan sebagai penutup dari rangkaian tradisi lainnya.
Walau demikian, mungkin tidak semua masyarakat Konghucu atau Tionghoa di Indonesia melakukannya. Salah satu daerah yang masih rutin melakukan tradisi ini adalah Singkawang, Kalimantan Barat.
Ritual ini berfungsi sebagai penolak bala. Para tetua keagamaan akan mengundang roh leluhur untuk mengusir roh-roh jahat yang dapat mengganggu masyarakat sepanjang satu tahun ke depan.
Pada ritual ini, akan ada beberapa orang yang dirasuki oleh roh leluhur, mereka disebut Tatung. Tatung kemudian akan menaiki tandu dan melakukan pawai mengelilingi wilayah dan mengusir roh-roh jahat.
Daerah-daerah lain sangat mungkin masih melakukan tradisi tujuan yang sama, namun dengan bentuk yang berbeda sebagai bagian dari Upacara Keagamaan Konghucu.
7. Memanjatkan Doa
Terakhir adalah bagian terpenting dalam rangkaian Upacara Keagamaan Konghucu ini, yaitu memanjatkan doa. Masyarakat Konghucu akan pergi ke kelenteng bersama keluarga untuk memanjatkan doa.
Isi dari doanya, antara lain adalah ucapan syukur atas kehidupan pada tahun yang baru. Selain itu, masyarakat Konghucu biasanya juga berdoa untuk memohon keselamatan dan nasib yang baik.
Pada kesempatan ini, masyarakat Konghucu juga akan memberikan persembahan, salah satunya adalah kue keranjang dan jenis makanan lain. Persembahan ini akan mereka letakkan pada mimbar doa.
Setiap bentuk persembahan memiliki makna tersendiri. Namun, secara garis besar, pemberian persembahan adalah simbol ketulusan dan berserah pada Yang Maha Kuasa.
Baca Juga : 7 Upacara Adat Jawa Barat, Fungsi dan Pelaksanaannya
Sekarang Sudah Mengenal Tradisi Upacara Keagamaan Konghucu?
Setiap agama memiliki sejarah dan tradisi yang unik. Tradisi dan ritual bermanfaat untuk memperdalam keimanan dan mempererat hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Tradisi dalam upacara Cap Go Meh adalah salah satunya.
Beberapa tradisi tersebut, antara lain menyalakan lentera, menebak teka-teki, menonton barongsai, memakan lontong sayur, dan kue keranjang. Selain itu, ada ritual yang telah diasimilasi dengan kebudayaan setempat, seperti Cuci Jalan di Singkawang.
Namun, tradisi terdalam dari banyak ritual tersebut adalah bagaimana masyarakat Konghucu memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Perayaan ini menjadi momen sakral yang tak hanya meriah. Setiap tradisi Cap Go Meh pun memiliki makna dan fungsi mendalam bagi mereka yang merayakannya sepenuh hati.