5 Upacara Adat Sumatera Barat: Fungsi dan Cara Pelaksanaannya

Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Salah satu yang paling ikonik adalah suku Minangkabau yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Tidak hanya itu, masih banyak upacara adat Sumatera Barat yang masih bertahan hingga kini. Penasaran apa saja itu? Selengkapnya ada di sini!

5 Daftar Upacara Adat Sumatera Barat yang Khas

Upacara adat di Sumatera Barat memang terbilang cukup menarik untuk dipelajari. Alasannya yaitu wilayah tersebut dihuni oleh penduduk Minang yang memiliki kearifan lokal tersendiri. Adapun beberapa tradisi yang mungkin sudah tidak asing lagi terdengar seperti berikut ini:

1. Tabuik

Ilustrasi Upacara Adat Tabuik
(Ilustrasi Upacara Adat Tabuik | Sumber Gambar: indonesiakaya.com)

Di urutan pertama ada upacara Tabuik. Masyarakat sering menyebutnya sebagai festival Tabuik. Upacara ini merupakan salah satu tradisi yang berasal dari Kota Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-19 Masehi. 

Perhelatan pesta tabuik sebenarnya sebagai peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Husein bin Ali tepat pada tanggal 10 Muharram. Itulah mengapa tradisi Tabuik menjadi acara tahunan sekaligus menjadi pesta besar bagi masyarakat Pariaman. Masyarakat sangat menantikan pesta ini setiap tahunnya. 

Nama Tabuik berasal dari bahasa Arab “tabut” yang memiliki makna peti mati. Nama tersebut merujuk pada legenda tentang munculnya buraq, yaitu makhluk kuda yang memiliki sayap dan berkepala manusia. Makhluk Buraq membawa peti mati yang berisikan jenazah Hussein untuk diterbangkan ke langit. 

Secara simbolik, tradisi Tabuik menggambarkan kebesaran Allah SWT yang membawa peti mati Hussein dengan buraq karena meninggal dalam Perang Karbala. Oleh karena itu, masyarakat setiap tahunnya membuat tiruan buraq dengan tabut di punggungnya.Tabuik tersebut diarak menuju pantai dan dilarung ke laut 

Selain itu, tradisi ini bersifat kolosal karena melibatkan banyak orang. Setiap tahunnya, bahkan puncak gelaran pesta ini selalu disaksikan oleh puluhan ribu pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat Pariaman, namun juga dari berbagai pelosok Sumatera Barat. 

Baca Juga : Upacara Tabuik Minangkabau: Tujuan, Makna, dan Cara Pelaksanaannya

2. Turun Mandi

Ilustrasi Upacara Turun Mandi
(Ilustrasi Upacara Turun Mandi | Sumber Gambar: jamberita.com)

Tradisi lainnya yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat dan masih bertahan hingga sekarang yaitu upacara adat turun mandi. Tradisi turun mandi adalah salah satu upacara adat Minangkabau yang disimbolkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas lahirnya anak ke dunia. 

Seperti namanya, proses tradisi turun mandi adalah dengan mengarak anak bayi yang baru lahir beberapa hari ke sungai terdekat. Perlu diketahui bahwa sungai yang dituju yaitu sungai yang kecil dengan arus airnya tidak terlalu deras. Selain itu, tradisi turun mandi memerlukan banyak persiapan. 

Persiapan yang pertama yaitu menentukan tanggal pelaksanaan. Penentuan tanggal tidak boleh sembarangan. Penghitungan hari dilakukan sejak hari pertama kelahiran sang bayi. Khusus untuk bayi laki-laki, maka tradisi akan berjalan pada hari ganjil dan sebaliknya pada hari genap untuk bayi perempuan. 

Sementara itu, tradisi turun mandi hanya bisa dilakukan di sungai. Yang membawa bayi dari rumah ke sungai bukanlah ayah atau ibu sang anak, melainkan orang berjasa yang  membantu dalam proses persalinan. Syarat utamanya adalah para orang tua harus menyiapkan batiah bareh badulang atau beras yang digoreng. 

Persyaratan lainnya yaitu menyediakan obor yang berisi kain robek. Yang paling unik adalah bibit karambia atau kelapa yang turut serta sebagai persyaratan dalam kegiatan turun mandi ini. Biasanya, bibit kelapa tersebut dihanyutkan oleh orang tua bayi ke sungai.  

3. Pacu Jawi 

Ilustrasi Upacara Pacu Jawi
(Ilustrasi Upacara Pacu Jawi | Sumber Gambar: kompas.com)

Berikutnya ada tradisi pacu jawi atau balapan sapi. Seperti namanya, tradisi ini merupakan permainan tradisional dengan memacu sepasang sapi di sawah yang berair dan berlumpur. Kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur atas panen yang sedang berlangsung sekaligus bersifat menghibur karena ditonton oleh banyak orang. 

Tradisi pacu jawi merupakan tradisi yang lahir dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini hanya berlangsung di empat kecamatan saja, yaitu Kecamatan Rambatan, Kecamatan Pariangan, Kecamatan Sungai Tarab, dan Kecamatan Limo Kaum. 

Sementara itu, tradisi pacu jawi sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Tradisi ini sebenarnya adalah upaya bagi para petani untuk menemukan cara membajak sawah yang baik dan benar. Seperti yang kita tahu, pada masa lampau belum ada kecanggihan mesin untuk pertanian, tidak seperti sekarang. 

Bagi masyarakat di Kabupaten Datar, tradisi pacu jawi memiliki banyak makna. Salah satunya adalah dengan adanya acara ini dapat mengingatkan masyarakat untuk berjalan lurus dan mampu bekerja sama dengan baik tanpa bersinggungan. Selain itu, pacu jawi juga berperan langsung untuk mengenalkan adat dan budaya. 

Kegiatan ini memang menjadi salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitar. Tidak hanya memacu sepasang sapi saja, namun dalam kegiatan ini terdapat tradisi yang berupa arak-arakan pembawa dulang atau jamba yang berisi makanan. 

4. Batagak Panghulu 

Ilustrasi Upacara Batagak Panghulu
(Ilustrasi Upacara Batagak Panghulu | Sumber Gambar: jurnalbengkulu.com)

Batagak Panghulu adalah upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Batagak Panghulu adalah tradisi untuk meresmikan sesorang menjadi penghulu. Masyarakat Minangkabau masih menjalankan upacara adat hingga sekarang. 

Menurut adat Minangkabau, tradisi pengangkatan seseorang menjadi penghulu tidak boleh hanya melibatkan keluarga yang bersangkutan saja. Namun peresmian ini harus melibatkan banyak tokoh masyarakat. Upacara ini harus berpedoman kepada pelatih adat maengkek rajo, maengkek penghulu sakato kaum, dan sakato alam. 

Sementara itu, ada beberapa persyaratan wajib dalam peresmian batagak panghulu ini, sebagai berikut:

  • Calon penghulu harus seorang laki-laki
  • Penghulu harus orang baik dan berasal dari keluarga yang baik
  • Dewasa dan berakal
  • Seorang penghulu harus memiliki ilmu dan budi pekerti
  • Penghulu harus memiliki sifat adil, arif, dan bijaksana
  • Seorang panghulu juga harus memiliki sifat tabligh, yaitu mampu menyampaikan segala informasi dengan sikap yang baik kepada masyarakat
  • Penghulu harus bersifat sabar, pemurah, dan tulus

Prosesi awal dalam tata cara upacara adat batagak panghulu yaitu melakukan musyawarah. Kemudian menjalani prosesi adat pemasangan salukan yang oleh seorang datuk, pengambilan sumpah, dan penasehatan penghulu oleh Datuk Monti. 

Proses yang terakhir yaitu prosesi Bararak yang artinya memberitahukan kepada masyarakat bahwa seorang datuk telah resmi menjabat sebagai penghulu suatu kaum. Berikutnya, ada prosesi perjamuan dengan memberikan jamuan kepada masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut. 

Upacara Batagak Panghulu mengandung beberapa nilai yang meliputi nilai budaya, nilai sosial, nilai agama, serta nilai kekeluargaan. Tidak hanya itu, tradisi ini juga mengandung nilai tata krama, sopan santun, dan kepemimpinan. 

5. Tradisi Mandi Balimau 

Ilustrasi Tradisi Mandi Balimau
(Ilustrasi Tradisi Mandi Balimau | Sumber Gambar: liputan.com)

Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Minangkabau melakukan tradisi mandi Balimau. Tradisi ini merupakan kegiatan wajib oleh masyarakat Minangkabau dalam menyambut datangnya Ramadhan. Dengan kata lain, tradisi ini bermaksud untuk pembersihan diri sebelum masuk bulan suci Ramadhan. 

Namun, tradisi ini pernah membawa kontroversi karena tidak mencerminkan masyarakat muslim. Kegiatan ini melibatkan seluruh masyarakat yang pergi menuju Sungai Batang Kuranji dan Sungai Lubuk Minturun untuk mandi bersama. Dalam hal ini, masyarakat baik laki-laki maupun perempuan saling berbaur di sungai. 

Kegiatan ini juga tidak memandang usia. Semua masyarakat boleh mengikuti mandi balimau mulai dari muda tua, anak-anak berbaur menjadi satu. Meskipun mereka mengenakan pakaian ketika mandi, tetapi hal tersebut dinilai tidak pantas.

Namun pada dasarnya, tradisi mandi balimau memiliki fungsi sebagai ajang silaturahmi dengan masyarakat sekitar. Beberapa masyarakat juga menyebutkan bahwa kegiatan ini lahir karena adanya akulturasi budaya Minangkabau dan agama Hindu yang bertujuan untuk menyucikan diri. 

Pada zaman dahulu, tradisi mandi balimau memang semata-mata untuk membersihkan dan mensucikan jiwa. Manfaatnya adalah sebagai ajang bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 

Baca Juga : 6 Macam Upacara Adat Sumatera Utara, Fungsi, dan Tradisinya

Upacara Adat Sumatera Barat Menjunjung Tinggi Budaya

Masyarakat Minangkabau memang terkenal menjunjung tinggi tradisi adat istiadatnya. Semua kegiatan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau selalu berhubungan dan melibatkan dengan adat dan norma-norma yang berlaku. Hal inilah yang membuat beberapa upacara adat Sumatera Barat masih bertahan hingga sekarang.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page