Rumah adat suku Asmat yang berada di Papua memang terlihat mempunyai fungsi yang sama layaknya rumah adat suku lain. Akan tetapi, dua rumah adat suku Asmat memiliki keunikan dan peran tersendiri dalam kehidupan sosial suku Asmat. Kira-kira, apa saja keunikan yang rumah adat ini miliki?
Simak pembahasannya dalam artikel ini, yuk!
Daftar ISI
2 Jenis Rumah Adat Suku Asmat
Suku Asmat merupakan suku yang terbesar di tanah Papua. Mereka memiliki rumah dua jenis rumah adat, yang disebut Jew (rumah Bujang) dan Tsyem.Melihat rumah suku Asmat yang lebih banyak daripada suku lain yang ada di Papua, pasti kamu penasaran ‘kan dengan karakteristik keduanya?
1. Jew
Rumah Jew atau rumah bujang adalah salah satu rumah adat suku Asmat yang mempunyai bentuk seperti rumah panggung. Suku Asmat menamai rumah adat ini sebagai ‘rumah bujang,’ karena hanya para lelaki bujang-lah yang boleh menempati rumah adat ini.
Pada dasarnya, rumah ini juga berfungsi sebagai tempat para lelaki bujang untuk belajar tentang cara hidup mereka sebagai bagian dari suku Asmat. Mereka akan mengenal kisah para leluhur mereka, berlatih perang, mencari makanan (contohnya ikan) hingga memukul tifa sebelum menikah di kemudian hari.
Para perempuan suku Asmat hanya boleh masuk ke rumah ini jika ada acara atau ritual adat yang diselenggarakan di dalamnya.
Meskipun Jew hanya boleh ditinggali oleh lelaki bujang, masyarakat sangat menghormati kehadiran Jew di lingkungan mereka. Penghormatan ini masyarakat lakukan dengan membangun tempat tinggal di samping atau di bagian belakang Jew, karena mereka menganggap Jew sebagai simbol lingkaran hidup.
a. Syarat Bangunan
Selain hanya boleh ditempati oleh lelaki bujang, rumah Jew juga mempunyai lima syarat yang tidak boleh masyarakat langgar dalam pembangunannya. Lima syarat pembangunan tersebut adalah:
- berbentuk seperti rumah panggung,
- memakai bahan kayu yang harus menghadap ke arah aliran sungai atau matahari terbit,
- mempunyai luas sebesar 10 x 1,5 meter,
- Memakai tiang penyangga dari kayu besi yang terukir sesuai ciri dari suku Asmat,
- atap harus terbuat dari anyaman daun nipah atau daun sagu, serta
- bangunan hanya boleh disusun menggunakan tali rotan atau akar tumbuhan, dan tidak boleh menggunakan paku saat proses pembangunan.
b. Fungsi
Sementara itu, kegunaan yang rumah adat suku Asmat Jew miliki juga cukup beragam. Jew bisa berfungsi sebagai balai desa untuk melakukan aktivitas tradisional. Terkadang, Jew juga masyarakat manfaatkan sebagai area untuk berdiskusi mengenai kehidupan para penduduk desa.
Selain untuk tempat berkumpul, Jew juga penduduk manfaatkan untuk menyimpan Noken, alat berburu yang hanya dimiliki oleh suku Asmat. Noken harus tersimpan aman di rumah Jew karena tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.
c. Ketentuan
Ada ketentuan khusus terkait penyediaan tungku api di rumah Jew karena hanya dihuni oleh lelaki bujang. Aturan tersebut menyaratkan bahwa jika di satu desa suku Asmat terdapat 9 keluarga, maka rumah Jew harus menyediakan 9 tungku api di dalamnya.
2. Tsyem
Berbeda dengan rumah Jew, rumah adat suku Asmat Tsyem biasa dihuni oleh sebuah keluarga. Akan tetapi, kedua rumah adat ini tetap memiliki persamaan menarik, yaitu keduanya wajib terbuat dari bahan alami. Pembuatan rumah dengan bahan alami adalah bentuk penghormatan suku terhadap sumber daya alam.
Biasanya, bahan alami yang masyarakat gunakan untuk membangun rumah Tsyem adalah kayu, ilalang, dan bambu. Masyarakat percaya bahwa penggunaan bahan alami pada pembangunan rumah adat di Papua bisa mendatangkan bantuan dari leluhur, serta bisa meleburkan jiwa leluhur dalam rumah tersebut.
a. Syarat Bangunan
Ketika membangun rumah Tsyem, para penduduk wajib memakai bahan material alami, seperti saat membangun rumah Jew. Artinya, mereka tidak boleh menggunakan paku sama sekali dalam proses pembangunannya. Jadi, untuk merekatkan bagian satu dengan yang lain bisa diakali dengan akar atau rotan.
Bangunan rumah Tsyem sendiri umumnya berada di sekitar rumah Jew, tetapi kamu bisa melihat perbedaan keduanya dari ukurannya. Rumah Tsyem wajib berukuran lebih kecil daripada rumah Jew, dengan ukuran 3 x 4 x 4 meter saja.
Lantaran ukurannya yang kecil itulah, jumlah rumah Tsyem bisa lebih banyak jumlahnya daripada rumah Jew.
b. Fungsi
Berbeda dengan rumah Jew yang berfungsi untuk mengadakan berbagai kegiatan tradisional, rumah Tsyem hanya khusus digunakan untuk hunian keluarga saja.
c. Ketentuan
Tidak ada ketentuan istimewa dari pembangunan rumah Tsyem. Masyarakat hanya perlu mengetahui bahwa hanya keluarga saja yang bisa menempati rumah Tsyem. Secara umum, rumah Tsyem bisa ditinggali oleh 2 sampai 3 keluarga. Jumlah tersebut sudah termasuk keluarga junior dan keluarga inti.
Keluarga inti artinya keluarga yang beranggotakan ayah, ibu, serta anak-anak. Sementara itu, keluarga junior adalah pasangan suami istri muda yang merupakan anak-anak dari keluarga inti.
Jumlah dari keluarga inti penduduk dari suku Asmat biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Tetapi, tak jarang juga ada keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga sekitar 8 sampai 10 orang.
Baca Juga : 9 Rumah Adat Papua yang Unik dan Penuh Makna
Makna dan Keunikan Rumah Adat Suku Asmat
Terlepas dari syarat bangunan, fungsi, dan ketentuan dari masing-masing rumah adat suku Asmat, baik rumah Jew dan rumah Tsyem juga punya makna dan keunikan tersendiri.
1. Rumah Jew
Arti nama Jew dalam bahasa Asmat adalah ‘spirit’ atau ‘roh.’ Jadi, kamu bisa mengatakan bahwa Jew berarti jiwa atau sukma yang mampu menggerakkan kehidupan bersama. Masyarakat memaknai arti kehidupan bersama sebagai keharusan setiap kelompok masyarakat untuk terus hidup berdampingan.
Jumlah pintu Jew juga menunjukkan makna khusus. Tujuh hingga sepuluh pintu rumah Jew menunjukkan bahwa penghuninya berasal dari beberapa marga berbeda yang tersebar di tiap kampung adat suku ini.
Oleh sebab itu, kamu bisa melihat bahwa rumah ini juga menyimbolkan makna kebersamaan berbagai marga dari suku Asmat yang berbeda dan tinggal dalam satu rumah.
Rumah Jew juga dilengkapi dengan ukiran kepala perang dari tiap kelompok yang telah tiada. Ukiran kepala perang tersebut berperan sebagai pedoman untuk masyarakat suku Asmat secara turun-temurun. Sederhananya, Jew merupakan sebuah rumah yang diwariskan dari para nenek moyang suku Asmat.
Terakhir, posisi Jew harus selalu menghadap ke arah matahari terbit atau sejajar dengan aliran sungai, karena suku Asmat menganggap matahari sebagai pemberi kehidupan.
2. Rumah Tsyem
Hampir serupa dengan rumah Jew, rumah Tsyem juga punya keunikan dengan adanya hiasan ukiran, patung, serta gambar di dalamnya. Pola ukirannya juga mempunyai bentuk geometris, dan terukir rapi pada dinding rangka bambu.
Rumah Tsyem juga memiliki rancangan bangunan yang amat baik. Bahkan, rancangan rumah adat suku Asmat Tsyem terbukti mampu bertahan saat gempa bumi terjadi. Jadi, keluarga yang tinggal di rumah Tsyem tidak perlu khawatir berlebihan jika terjadi bahaya guncangan.
Selain itu, rumah Tsyem bisa menjadi salah satu sumber penghasilan bagi sektor pariwisata di Papua. Tidak sedikit pengunjung yang ingin melihat-lihat keunikan rumah Tsyem lantaran bentuk rumah ini cukup menarik. Apalagi, rumah Tsyem ini sudah berdiri sejak lama sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.
Terakhir, konsep rumah Tsyem sangat selaras dengan alam sekitar. Kondisi ini sangat wajar karena rumah Tsyem terbuat dari material alami sehinggamembuat rumah adat ini tidak hanya cantik, tetapi juga ramah lingkungan.
Dampak baik lain dari penggunaan material alami sebagai bahan bangunan membuat Tysem adalah kemampuannya yang efektif untuk menjaga suhu ruangan.
Baca Juga : 6 Nama Pakaian Adat Papua, Jenis, Keunikan, dan Filosofinya
Jadi, Pentingkah Fungsi Rumah Adat Suku Asmat dalam Lingkungan Masyarakat Mereka?
Hampir tiap suku yang ada di Papua memiliki rumah adat tersendiri. Misalnya, suku Muyu mempunyai Rumah Panggung atau Ambip. Suku Korowai membangun Rumah Pohon sebagai rumah adatnya.
Rumah adat suku Asmat, yaitu Jew dan Tsyem tidak hanya sekadar tempat tinggal. Rumah Jew yang dihuni lelaki bujang justru memiliki peranan yang besar dalam fungsi kehidupan sosial suku ini. Jew menjadi simbol persatuan berbagai marga suku Asmat yang menghuninya sekaligus area untuk upacara atau kegiatan adat.
Sementara itu, rumah Tysem yang khusus untuk hunian keluarga, bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi suku Asmat di Papua. Pasalnya, rumah Tysem mempunyai ketentuan pembangunan yang wajib terdiri dari material alami.
Tidak cuma itu saja, tetapi rumah ini punya banyak ukiran geometris yang terpampang cantik di setiap dinding yang terbuat dari bambu. Seluruh aspek tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mengunjungi desa kediaman suku Asmat Papua.