Apa Itu Kerangka Pemikiran? Definisi, Jenis dan Cara Membuatnya

Kerap disebut sebagai kerangka berpikir, kerangka pemikiran memegang peran krusial dalam sebuah proyek penelitian yang bersifat ilmiah maupun nonilmiah. Selain berfungsi sebagai acuan, kerangka berpikir juga dapat membentuk serta memandu tahapan demi tahapan dalam proses penelitian secara lebih terstruktur.

Dengan adanya kerangka berpikir, peneliti dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai alur kinerja dari sebuah penelitian. Terlebih lagi, penyajian visualisasi dari kerangka berpikir yang berupa diagram atau bagan alir, semakin memudahkan peneliti dalam menjabarkan garis besar berjalannya proyek penelitian.

Artikel ini akan mengulas secara detail tentang kerangka berpikir, mulai dari definisi, jenis, dan cara membuat kerangka berpikir lengkap beserta langkah-langkahnya. Harapannya, kamu dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang kerangka berpikir untuk proyek penelitian kamu kedepannya dengan lebih baik lagi.

Apa Itu Kerangka Pemikiran?

Berdasarkan definisinya, kerangka pemikiran atau berpikir adalah suatu dasar penelitian yang mencakup penggabungan beberapa elemen penting, seperti teori, fakta, observasi, dan kajian pustaka. Selanjutnya, elemen tersebut menjadi sebuah landasan dalam melakukan penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah maupun nonilmiah. 

Karena menjadi fondasi yang paling mendasar, biasanya kerangka berpikir akan ada saat peneliti mulai memaparkan konsep-konsep dari penelitian. Jenis kerangka tersebut juga bisa dianggap sebagai visualisasi yang terkemas dengan baik dalam bentuk bagan atau diagram yang saling terhubung dan terikat antara satu sama lain.

Dengan begitu, penggunaan kerangka berpikir dapat menyajikan alur logis mengenai seluruh permasalahan yang mampu berjalan secara sistematis melalui sebuah karya tulis atau penelitian. Adapun, struktur yang tercantum dalam kerangka berpikir, yaitu mulai dari perkenalan, penyebab konflik, proses penyelesaian konflik, dan penutup. 

Lebih lanjut, kerangka berpikir ini merujuk terhadap acuan ilmiah yang terdiri dari poin-poin yang bersesuaian dengan variabel. Dalam kerangka pemikiran, terdapat dua jenis variabel penelitian (terikat dan bebas) yang dapat dijelaskan dengan lebih mendalam serta relevan terhadap permasalahan yang menjadi topik penelitian.   

Baca Juga : Kerangka Teori: Definisi, Struktur, Cara Membuat, dan Contohnya

Jenis Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir secara umum terbagi menjadi tiga jenis yang terdiri dari:

1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Contoh Kerangka Berpikir Teoritis
Contoh Kerangka Berpikir Teoritis | Sumber gambar: ResearchGate

Lebih menekankan pada landasan (grand theory), kerangka berpikir teoritis adalah jenis konteks berpikir yang memberikan penegasan terhadap teori yang berguna sebagai dasar dan asumsi-asumsi teoritis. 

Selanjutnya, teori tersebut berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang peristiwa atau fenomena yang terjadi di dalam penelitian secara teoritis. Selain itu, kerangka teoritis juga dapat menghubungkan beberapa faktor yang dianggap penting untuk penyelesaian masalah dalam penelitian. 

2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Contoh Kerangka Berpikir Konseptual
Contoh Kerangka Berpikir Konseptual | Sumber gambar: ResearchGate

Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang dapat menjelaskan alur pemikiran mengenai satu konsep dengan konsep yang lainnya. Tujuannya yaitu untuk memberikan gambaran atau ilustrasi berupa asumsi teori yang terkait dengan variabel-variabel  penelitian. 

Umumnya, konsep pada kerangka berpikir ini lebih spesifik dari teori. Adapun, konsep tersebut nantinya berguna untuk mengistilahkan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah fenomena penelitian dan mengetahui hubungan yang sebenarnya dengan konsep penelitian.   

3. Kerangka Pemikiran Operasional

Contoh Kerangka Berpikir Operasional
Contoh Kerangka Berpikir Operasional | Sumber gambar: 123dok

Merupakan jenis kerangka berpikir yang penggunaannya lazim untuk menjelaskan variabel yang peneliti tentukan berdasarkan topik penelitian yang sudah ada. Kerangka operasional ini juga menjadi sebuah indikator atau tolak ukur antar variabel yang saling berkaitan.   

Dengan begitu, peneliti dapat memaparkan tentang variabel hasil turunan dari konsep  terpilih dan menguraikan hal-hal apa saja yang berguna sebagai indikator untuk mengukur variabel yang bersangkutan.        

Cara Membuat Kerangka Pemikiran

Cara Membuat Kerangka Pemikiran
Cara Membuat Kerangka Pemikiran | Sumber gambar: Freepik.com

Untuk dapat merumuskan kerangka berpikir dengan baik, maka peneliti harus melewati beberapa tahapan yang bisa peneliti gunakan sebagai tumpuan. Berikut ini adalah lima tahapan dari kerangka berpikir yang bisa kamu terapkan pada proyek penelitian secara langsung:

1. Mengidentifikasi Variabel Penelitian

Langkah pertama dalam pembuatan kerangka pemikiran adalah mencari variabel dari penelitian. Seorang peneliti harus mampu mengidentifikasi atau menentukan variabel yang cocok digunakan untuk penelitian. Variabel sendiri merupakan pengelompokan terhadap dua atau lebih dari suatu atribut yang ada pada objek penelitian.

Pada tahap ini, variabel-variabel yang telah teridentifikasi oleh peneliti nantinya akan melalui tahap pengelompokan yang logis. Variabel tersebut bisa dalam bentuk jenis data, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan objek, dan lain sebagainya.  

Dalam menentukan variabel, biasanya peneliti acap kali menemui kesulitan yang berarti, terlebih lagi para mahasiswa yang melakukan penelitian perdana. 

Maka dari itu, peneliti bisa memperhatikannya dari judul, sebab judul selalu memuat variabel penelitian. Variabel itulah yang menjadi titik tolak dalam pengembangan teori kedepannya.      

2. Mencari Hubungan Antar Variabel

Usai identifikasi variabel, peneliti harus mencari tahu hubungan antar variabel. Pada praktiknya, kerangka pemikiran dalam penelitian akan selalu mengandung minimal dua variabel yang saling berkaitan. 

Oleh karena itu, setiap variabel yang ada harus saling berhubungan, supaya mampu membantu serta mendukung kegiatan penelitian menjadi lebih akurat dan sesuai dengan keinginan peneliti. Lebih lanjut, penentuan hubungan variabel dapat ditetapkan berdasarkan hubungan langsung yang terjadi di lapangan.

3. Mengumpulkan Sumber Literatur

Kerangka pemikiran akan jauh lebih bagus, jika disertai sumber literatur atau referensi yang kredibel dan sesuai dengan topik penelitian. Bagi peneliti, kajian pustaka penting untuk menjadi acuan dalam penelitian yang merujuk pada bidang pengkajian tertentu dan dapat merefleksikan kemantapan mutu ilmiah dari hasil penelitian itu sendiri.

Lebih lanjut, sumber literatur ini juga dapat memperkuat topik pembahasan melalui hasil dari riset penelitian yang terdahulu beserta kumpulan teori yang telah ada dalam penelitian. 

Pada bagian ini, peneliti dapat mengumpulkan referensi atau sumber literatur dari jurnal ilmiah, buku ilmu pengetahuan, artikel online, jurnal cetak di perpustakaan, hasil wawancara, dan masih banyak lagi.    

Setelah mendapatkan sumber literatur tersebut, peneliti harus membaca dan melakukan tinjauan pustaka secara saksama untuk mengetahui referensi mana saja yang relevan dengan topik penelitian.  

4. Membahas Teori

Agar dapat mengkaji permasalahan dalam suatu penelitian, peneliti harus mampu membuat argumen yang bersifat teoritis. Caranya, yaitu membuat kerangka pemikiran untuk dapat memaparkan pendapat logis yang sesuai dengan data-data kajian pustaka yang telah terbaca sebelumnya.    

Singkatnya, topik dan variabel penelitian akan peneliti kaji ulang dengan menggunakan keseluruhan informasi dari sumber literatur yang ada. Kemudian, peneliti dapat menarik kesimpulan untuk memastikan topik penelitian tersebut mempunyai landasan yang kuat.  

Dengan adanya landasan teori yang kuat, maka penelitian juga akan semakin meyakinkan untuk dilaksanakan secara langsung. Sebagai informasi, pembahasan teori dapat menguatkan topik penelitian serta membuktikan bahwasanya peneliti tidak asal-asalan dan bertanggung jawab dalam melakukan penelitian. 

5. Menjelaskan Gambaran Kerangka Pemikiran

Sebagai langkah terakhir, penjelasan tentang gambaran kerangka pemikiran memudahkan peneliti dalam menuangkan buah pikiran atau gagasan secara teratur dan terarah. Umumnya, kerangka berpikir berbentuk diagram atau bahkan bagan sekalipun. 

Kehadiran wujud visualisasi tersebut juga dinilai mampu membuat pembaca tidak merasa kebingungan dan lebih gampang dalam memahami kerangka berpikir yang telah peneliti sajikan. 

Maka dari itu, bagan atau diagram harus dapat menghadirkan keseluruhan proses dan variabel yang ada dalam penelitian. Selanjutnya, kedua elemen visual tersebut wajib memuat keterangan yang berisikan tentang hubungan semua variabel dan pemaparan teori yang dapat memperkuat topik penelitian. 

Dengan begitu, akan membentuk bagan atau diagram alir yang dapat menunjukkan proses penelitian mulai dari awal hingga selesai. Dari wujud visualisasi itulah, lahir suatu kerangka berpikir yang dapat berfungsi sebagai alur dan rujukan untuk melakukan penelitian. 

Sudah Tahu Apa Itu Kerangka Pemikiran?

Kesimpulannya, kerangka pemikiran merujuk pada pola susunan keseluruhan, pendekatan, serta landasan teori yang berfungsi untuk memandu studi penelitian, baik yang bersifat ilmiah atau bahkan non-ilmiah sekalipun    

Meski terlihat mudah, pembuatan kerangka berpikir tidak boleh sembarangan, melainkan harus tersusun dengan baik dari berbagai elemen vital, seperti dasar fakta, observasi, dan kajian pustaka. Selain itu, hadirnya variabel yang terkait dapat menjawab segala macam permasalahan yang sedang menjadi topik penelitian.    

Pada implementasinya, proses membuat kerangka berpikir mampu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan cermat, valid, dan kredibel. Karena memberikan struktur yang jelas, logis, dan teoritis, kerangka berpikir dapat membantu peneliti menghindari ketidaksesuaian dan kebingungan dalam pengerjaan penelitian.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page