Demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, pahlawan Aceh tak gentar untuk melawan penjajahan. Meski harus mengorbankan jiwa dan raga, semangat juang selalu berkobar tiada henti. Selain berjuang secara fisik di medan peperangan, banyak diantara mereka yang memberi sumbangsih lewat ide dan juga pikiran.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai sepuluh pahlawan dari Aceh beserta langkah perjuangannya untuk NKRI. Tak hanya terdiri dari pejuang laki-laki, namun pejuang wanita juga turut andil dalam melakukan perlawanan.
Daftar ISI
10 Daftar Pahlawan Aceh
Berikut ini adalah 10 daftar pahlawan yang berasal dari Aceh:
1. Cut Nyak Dien
Merupakan pejuang perempuan dari Tanah Rencong, nama Cut Nyak Dien terkenang abadi dalam catatan sejarah perjuangan Indonesia. Berkat keberanian dan kegigihannya dalam melawan pasukan kolonial Belanda, Cut Nyak Dien mendapat julukan sebagai Ratu Aceh.
Cut Nyak Dien adalah seorang pahlawan Aceh yang lahir di Lampadang, Aceh tahun 1848. Meskipun memiliki darah bangsawan, Cut Nyak Dien taat dalam melaksanakan syariat Islam. Sepanjang masa hidupnya, Cut Nyak Dien gencar melakukan pertempuran dan perlawanan untuk terbebas dari belenggu kekuasaan penjajah.
Bersama sang suami, Teuku Umar, Cut Nyak Dien saling memikul tanggung jawab bersama rakyat untuk dapat mengusir penjajah dari Aceh. Kendati Teuku Umar wafat, Cut Nyak Dien tetap melakukan penyerangan kepada penjajah Belanda dengan menggunakan siasat perang gerilya.
Hingga pada akhirnya, Cut Nyak Dien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di daerah Sukajaya, Sumedang, Jawa Barat.
2. Cut Nyak Meutia
Wanita pemberani berikutnya yang ikut melawan Belanda melalui jalur peperangan adalah Cut Nyak Meutia. Pahlawan Aceh yang lahir di Keureutoe, Aceh Utara pada 15 Februari 1870 ini juga memiliki gelar pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden.
Pada Agustus 1902, Cut Nyak Meutia dengan suaminya, Teuku Chik Tunong, mencegat pasukan Belanda yang melakukan patroli di Simpang Ulim Blang Nie dan berhasil merebut 42 pucuk senapan. Namun, pertempuran tersebut justru menyebabkan Teuku Chik Tunong gugur.
Gugurnya pemimpin pasukan tidak menyurutkan semangat pejuang untuk terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Cut Meutia pun bangkit dan segera mengambil alih posisi paling depan untuk memimpin sisa-sisa pasukannya.
Akan tetapi, perjuangan Cut Meutia berhenti saat ia meninggal dunia dalam pertempuran melawan Belanda di Alue Kurieng tahun 24 Oktober 1910.
3. Teuku Umar
Sosok pahlawan Aceh kelahiran tahun 1804 ini memimpin perang Aceh dari tahun 1873 hingga 1899. Teuku Umar sendiri terkenal sebagai panglima perang yang selalu gigih untuk membela tanah kelahirannya dari pasukan penjajah Belanda.
Masa perjuangan Teuku Umar bermula saat ia masih remaja, yaitu umur 19 tahun. Dimulai dari daerah Meulaboh sampai meluaskan wilayah ke Aceh Barat. Perlawananya pun semakin kuat dan hebat, sejak ia memutuskan menikah dengan Cut Nyak Dien pada tahun 1880.
Berdasarkan sejarahnya, Teuku Umar pernah bersandiwara untuk menyerah dan bergabung dengan Belanda. Atas kecerdikannya tersebut, Teuku Umar mampu mempelajari strategi perang yang Belanda terapkan dan memperoleh tambahan senjata sebagai bekal peperangan para gerilyawan Aceh.
Teuku Umar gugur dalam pertempuran pasukan Belanda Jenderal Van Heutsz pada 11 Februari 1899 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun 6 November 1973 oleh Pemerintah Indonesia.
4. Sultan Iskandar Muda
Lahir pada tahun 1583, Sultan Iskandar Muda adalah sosok pahlawan Aceh yang memiliki jiwa kepemimpinan sedari ia masih berumur belia. Ia merupakan tokoh Sultan Aceh terbesar sepanjang masa Kesultanan Aceh dan memimpin kekuasaan dari tahun 1607 sampai 1636.
Sejak periode awal kepemimpinannya, Sultan Iskandar Muda berhasil memenangkan kendali atas bagian barat laut kepulauan Indonesia serta melakukan ekspedisi penaklukan wilayah Johor, Bintan, Pahang, Kedah, dan Nias.
Pada masa kejayaannya, Kesultanan Aceh mampu mempunyai Angkatan perang yang kuat, menjadi sentral perdagangan yang ramai, dan tempat pembelajaran tentang agama Islam.
Pada tahun 1636, Sultan Iskandar Muda wafat dan dimakamkan di kompleks Kandang Mas, daerah Banda Aceh. Atas jasanya kepada negara, Sultan Iskandar Muda memperoleh gelar pahlawan nasional pada tanggal 14 September 1993, melalui Surat Keputusan Presiden.
5. Teuku Muhammad Hasan
Mr. Teuku Muhammad Hasan merupakan pejuang kelahiran 4 April 1906 di Pidie, Aceh Utara. Tak hanya terkenal sebagai Gubernur Sumatera yang pertama, pahlawan Aceh ini juga seorang aktivis yang gigih mencanangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.
Tercatat, Teuku Muhammad Hasan ikut bergabung dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Muhammad Hatta dan Ali Sastromijdojo. Tak hanya itu, Teuku Muhammad Hasan bersama Syafruddin Prawiranegara juga membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera Barat pada agresi militer Belanda II.
Teuku Muhammad Hasan wafat pada 21 September 1997. Karena kontribusinya kepada negara, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Kepres No, 085/TK/Tahun 2006.
6. Laksamana Malahayati
Menjadi laksamana laut perempuan pertama di Indonesia, Malahayati memegang peran penting dalam pertahanan Aceh. Perempuan yang lahir di Aceh Besar tahun 1550 ini, terlahir dari keturunan pendiri Kerajaan Aceh yang menjadikan Malahayati memiliki semangat juang yang tinggi sebagai pahlawan Aceh.
Puncak dari perjuangannya, yaitu saat Malahayati memimpin pasukan Inong Balee (laskar yang terdiri atas janda) serta sukses menghalau serangan dari Belanda dan berhasil membunuh salah satu pemimpin pasukan Belanda, Cornelis de Houtman.
Atas keberanian itulah, Malahayati akhirnya memperoleh gelar Laksamana. Pada 6 November 2017, Laksamana Malahayati kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional Aceh berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.115/TK/Tahun 2017.
7. Teungku Chik di Tiro
Muhammad Saman atau Teungku Chik di Tiro adalah seorang pejuang gerilya kelahiran Aceh. Dalam sejarahnya, Teungku Chik di Tiro menjadi pahlawan Aceh yang tak segan mengorbankan harta benda, kedudukan, bahkan nyawa demi agama dan bangsa tercinta.
Hal tersebut terbukti dengan kehadiran pasukan Angkatan Perang Sabil yang berhasil merebut benteng-benteng Belanda di Indrapuri dan wilayah Samaharani yang sebelumya Belanda kuasai pada tahun 1881.
Pada tahun 1885, Teungku Chik di Tiro bersama pasukan perang sabil kembali menorehkan kemenangan dengan direbutnya benteng Aneuk Galong. Karena semakin kewalahan, Belanda akhirnya mempergunakan siasat liut, dengan memberi racun pada makanan Teungku Chik di Tiro.
Teungku Chik di Tiro pun menderita sakit dan wafat dalam usia 55 tahun di Benteng Aneuk Galong, pada Januari 1891. Atas kegigihannya dalam membela bangsa Indonesia, Pemerintah RI menetapkan Teungku Chik di Tiro sebagai pahlawan nasional Aceh.
8. Panglima Polem
Sebagai salah satu pahlawan Aceh, Panglima Polem melawan penjajahan Belanda bersama dengan Teuku Umar. Hal tersebut terbukti dari fakta bergabungnya Panglima Polem dengan pasukan Teuku Umar untuk melakukan gerakan pemberontakan terhadap Belanda pada tahun 1893.
Kendati sempat kalah dalam pertempuran di wilayah Seulimeum, Panglima Polem segera menemui Sultan Aceh untuk bahu–membahu melawan Belanda. Lalu, Panglima Polem bersama Sultan Daud menjadikan Gayo sebagai pusat pertahanan dan penyusunan strategi untuk perlawanan.
Pertahanan di wilayah Gayo sukses membuat Belanda frustasi. Namun, karena adanya ancaman dari pihak Belanda, Sultan Daud akhirnya terpaksa berdamai dan Belanda mengasingkannya ke wilayah lain. Kabar penangkapan Sultan Daud oleh Belanda berdampak pada perjuangan Panglima Polem.
Setelahnya, Panglima Polem juga terdesak untuk menyerahkan diri dan melakukan perdamaian dengan Belanda tahun 1903. Ia kemudian ditahan hingga meninggal dunia pada tahun 1939. Untuk menghormati jasa-jasanya, nama Panglima Polem diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Jakarta Selatan.
9. Teuku Nyak Arief
Selain menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia, Teuku Nyak Arief juga menjabat sebagai Gubernur Aceh pertama periode 1945 hingga 1946. Pahlawan Aceh yang lahir di Ulee Lheue, Banda Aceh tahun 1899 ini, memiliki perjuangan yang ulet dalam melakukan pemberontakan kepada Belanda.
Pada semasa hidup, Teuku Nyak Arief pernah menyandang jabatan sebagai Ketua Nasional Indische Partij Kutaraja dan Residen Aceh. Hingga menjelang akhir hayatnya, Teuku Nyak Arief masih memikirkan keadaan rakyat dan kepentingan bangsa. Ia pun meninggal dunia pada 4 Mei 1946 di Takengoh, Aceh.
10. Teungku Fakinah
Tak hanya pejuang, Teungku Fakinah juga menjalankan perannya sebagai ulama, pendidik, dan panglima perang dengan baik. Pahlawan Aceh kelahiran tahun 1856 ini mulanya hanya berjuang di balik layar dengan membentuk badan amal untuk mendukung keperluan perang.
Seiring berjalannya waktu, ia turut mengangkat senjata untuk melawan Belanda dengan Cut Nyak Dien. Usai perang berakhir, Teungku Fakinah kembali membangun dunia pendidikan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat Aceh yang porak poranda selama masa perang.
Sebagai informasi, Teungku Fakinah terus berkecimpung di sektor pendidikan hingga ia wafat pada tahun 1938, tepat saat berusia 82 tahun..
Baca Juga : 10+ Pahlawan Asal Sumatra Lengkap dengan Perjuangannya
Sudah Tahu Siapa Saja Pahlawan Aceh?
Kemerdekaan Indonesia tak terlepas dari jasa dan perjuangan para pahlawan Aceh, yakni Cut Nyak Dien hingga Teuku Nyak Arief dalam melawan penjajahan. Baik pejuang laki–laki dan wanita selalu menyerukan gejolak perlawanan pada kekejaman penjajah.
Karena kegigihan setiap pahlawan tersebut, Indonesia berhasil menjadi negara yang merdeka, berdaulat, serta bermartabat.
Atas sumbangsihnya yang besar kepada negara itulah, pemerintah Indonesia menyematkan gelar pahlawan nasional kepada para pejuang kemerdekaan sebagai bentuk tahta dan penghargaan yang setinggi-tingginya.