6 Pakaian Adat Kalimantan Tengah, Dayak Ngaju

Setiap pakaian adat memiliki makna filosofis yang dalam serta mencerminkan nilai-nilai dan keyakinan masyarakat yang memilikinya. Dan salah satu provinsi yang memegang teguh kebudayaan tradisionalnya melalui baju adat adalah Kalimantan Tengah. Namun, tahukah kamu apa saja nama dan filosofi pakaian adat Kalimantan Tengah?

Kearifan Lokal Suku Dayak di Kalimantan Tengah

Sebagaimana kamu tahu, bahwa suku atau etnis terbesar di wilayah Kalimantan adalah Suku Dayak. Entah itu di Kalimantan Timur, Barat, Selatan, atau Tengah, Suku Dayak merupakan suku asli yang sampai saat ini masih dikenal sebagai identitas masyarakat adat yang mendiami Pulau Kalimantan. 

Suku Dayak tersebar hampir di seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Salah satunya Suku Dayak Ngaju yang merupakan suku terbesar dengan jumlah sekitar 47%. Selebihnya merupakan suku lain, seperti Dayak Ot Danum, Dayak Ma’anyan, Dayak Lawangan, Dayak Kayan, dll. 

Suku Dayak Ngaju menganut agama Kaharingan yang meyakini bahwa nenek moyang mereka merupakan keturunan langsung Ranying Hatalla Langit yang bertugas menjaga bumi beserta isinya agar tidak rusak. Sehingga, tak heran masyarakat Dayak Ngaju terkenal dengan kemampuan spiritualnya yang luar biasa. 

Kemampuan spiritual tersebut salah satunya disebut Manajah Antang (burung elang), yaitu memanggil burung garuda agar dapat memberikan petunjuk untuk berperang atau ingin menemukan seseorang.

Selain memiliki spiritualitas yang kuat, Suku Dayak Ngaju juga mempunyai keragaman yang besar antar subetnis, mulai dari bahasa, kesenian, upacara adat, arsitektur rumah, hingga pakaian. Untuk mengetahui berbagai macam nama dan filosofi pakaian adat Kalimantan Tengah, scroll ke bawah untuk memperoleh informasi selanjutnya!

Keunikan dan Filosofi Pakaian Adat Kalimantan Tengah

Seperti halnya komponen budaya lainnya, setiap pakaian adat pun punya keunikan masing-masing. Hal yang sama juga berlaku bagi pakaian adat Kalimantan Tengah yang khas dengan berbagai karakteristik dan keunikannya, mulai dari material yang digunakan, corak, manik-manik, dll. Berikut ulasannya:

1. Terbuat dari Bahan yang Berasal dari Alam

Keunikan pertama dari pakaian adat Kalimantan Tengah adalah materialnya yang terbuat dari bahan-bahan alami. Mulai dari serat daun lemba, serat daun nanas, dan serat nyamu. Serat nyamu atau lemba adalah kulit tumbuhan pinang puyuh yang habitatnya di hutan hujan tropis di Pulau Kalimantan.

Teksturnya kokoh dan berserat, sehingga lebih mudah untuk dirajut dan dibentuk menjadi bentuk pakaian. Material ini bahkan dapat membuat pakaian jadi tahan lama hingga puluhan tahun, loh.

Setelah terbentuk menjadi pakaian, baru kemudian mereka memberi pewarna alami yang juga berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan. Untuk aksesorisnya, biasanya menggunakan hiasan manik-manik yang terbuat dari kulit trenggiling, uang logam, kancing, atau benda-benda lain yang dipercaya memiliki kekuatan magis.

2. Ciri Khas Warna yang Unik

Pakaian adat Kalimantan Tengah umumnya digunakan dalam prosesi pernikahan. Dan uniknya, pakaian adat mereka menggunakan paduan warna yang terang, lengkap dengan manik-manik dan renda berwarna emas, sehingga tampilannya terkesan mencolok. 

Meskipun begitu, Suku Dayak Ngaju menggunakan pewarna alami, misalnya warna hitam dari jelaga, warna putih dari campuran tanah putih dan air, warna kuning dari kunyit, dan warna merah dari buah rotan. 

Makna filosofi dari warna-warni busana adat pengantin ini adalah senantiasa memancarkan esensi keelokan warna alam. Demikian juga dengan corak hiasnya diilhami dari alam milik Kalimantan Tengah.

3. Penggunaan Manik-Manik Khas Kalimantan Tengah

Jika kamu perhatikan, pakaian adat Kalimantan Tengah itu identik dengan penggunaan manik-manik. Bahkan, tak hanya pada pakaian, manik-manik sudah lama digunakan untuk berbagai keperluan, seperti membuat tas, kalung, hiasan kepala, dll. 

Menurut keyakinan mereka, manik-manik merupakan elemen sakral dan mengandung unsur azimat yang kuat. Tidak mengherankan, jika benda kecil ini kerap kali hadir dalam berbagai upacara adat, misalnya upacara menyambut kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dll.

Manik-manik ini juga menggunakan beberapa warna tertentu, seperti kuning, putih, hijau, dan biru. Masing-masing warna memiliki makna filosofi tersendiri. Misalnya, manik warna biru melambangkan sumber kekuatan dari segala penjuru yang tidak bisa lenyap. Sedangkan manik warna kuning bermakna keagungan dan kesucian Tuhan.

Adapun manik warna merah memiliki arti sumber semangat kehidupan dan warna hijau melambangkan inti sari bumi. Di sisi lain, warna putih memiliki makna simbol kesucian dan keimanan seseorang kepada Tuhan.

Kemudian, bahan untuk membuat manik-manik (lilis lamiang) pun mengandung makna tertentu. Dalam kebudayaan Dayak Ngaju, lamiang merupakan simbol ketulusan niat dan cinta yang tak pernah pudar.

Begitu pentingnya kedudukan manik-manik dalam budaya masyarakat Dayak, mereka menganggap benda ini memiliki nilai tinggi, baik itu dari aspek keagamaan, sosial, maupun ekonomi.

4. Penggunaan Batik Khas Kalimantan Tengah

Sama seperti Yogyakarta dan daerah lainnya, Kalimantan Tengah juga memiliki kain batik khas, namanya Batik Benang Bintik. Batik ini umumnya terbuat dari bahan katun, sutra, atau semi sutra serta mempunyai beragam motif yang masing-masing mengandung makna yang berbeda, seperti:

  • Motif Balanga melambangkan kesucian.
  • Batik Pusaka Dayak dan Penyang Baja Batu melambangkan kekuatan dan perlindungan.
  • Motif Pasuk Kameloh melambangkan kesejahteraan.
  • Batik bermotif Lawang Suri bermakna penjaga keselamatan.
  • Motif Kambang Grantung melambangkan kesetiaan.

Macam-Macam Pakaian Adat Kalimantan Tengah

Tak hanya satu, Kalimantan memiliki enam jenis pakaian adat dengan daya tariknya tersendiri, di antaranya:

1. Pakaian Adat Sangkarut

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Sangkarut
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Sangkarut l Sumber: detik.com

Sangkarut bisa dibilang sebagai pakaian adat paling ikonik dan terkenal di Kalimantan Tengah, daripada jenis baju adat lainnya. Pakaian adat ini biasa dikenakan oleh suku Dayak Ngaju, suku mayoritas di Kalimantan Tengah.

Dari segi bahasa, sangkarut berasal dari bahasa Dayak, yang artinya rompi. Karena memang bentuknya yang berupa rompi sederhana dan tidak memiliki aksesoris khusus. Sangkarut sendiri dapat dipakai oleh laki-laki maupun perempuan. 

Jika bagian atasnya berupa rompi, maka bagian bawah sangkarut berupa cawat atau sejenis celana dengan ewah di bagian depannya. Ewah adalah kain penutup berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kain nyamu.

Pada zaman dahulu, pakaian adat Kalimantan Tengah ini berfungsi sebagai baju perang. Akan tetapi, sekarang Suku Dayak Ngaju lebih banyak menggunakan baju adat ini pada upacara pernikahan, sebagai simbol perlindungan dari roh jahat.

2. Pakaian Adat Berantai Khas Kalimantan Tengah

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Berantai
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Berantai l Sumber: Pinhome

Dari bentuknya, sekilas baju adat ini mirip baju zirah perang, karena terbuat dari untaian-untaian besi. Besi-besi dipotong, dibentuk, kemudian disusun dan didesain menjadi sebuah baju. 

Menurut beberapa studi, baju ini kemungkinan mendapatkan pengaruh dari budaya luar, yakni dari Suku Moro Filipina.

Pakaian adat Kalimantan Tengah ini sekarang sudah termasuk langka, karena kegunaannya hanya saat di medan perang saja. Itulah sebabnya pakaian ini tergolong sebagai kebudayaan yang perlu dijaga dan dilestarikan.

3. Baju Adat Tenunan

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Tenunan
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Tenunan l Sumber: Youtube Karmila Official

Sesuai namanya, baju tradisional ini dibuat dengan teknik tenun menggunakan bahan kulit nyamu atau serat nanas. Masyarakat yang mengenakan pakaian adat ini biasanya berasal dari Suku Mandar atau Suku Melayu yang mendiami Kalimantan Tengah untuk beraktivitas sehari-hari.

Dalam proses pembuatannya, mereka juga kerap menambahkan motif-motif tertentu, seperti motif alam, flora, dan fauna, untuk memperindah tampilan dari baju tradisional tersebut.

4. Baju Adat Anyaman Tikar

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Anyaman Tikar
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Anyaman Tikar l Sumber: Adat Tradisional

Masyarakat pada umumnya menggunakan anyaman tikar sebagai alas untuk duduk, istirahat, tidur, atau untuk hiasan rumah. Akan tetapi, masyarakat Kalimantan Tengah justru menggunakan anyaman tikar sebagai baju tradisional yang khas. Seperti namanya, proses pembuatan baju ini  menggunakan teknik anyaman dari bahan serat kayu. 

Selain itu, karena kegunaannya adalah sebagai baju perang, mereka seringkali melapisinya dengan hiasan tulang belulang hewan, ukiran kerang, atau ukiran kayu. Sebab, mereka percaya bahwa pakaian adat ini mampu menahan serangan dari senjata musuh serta memiliki kekuatan mistis. 

Sehingga, dapat melindungi pemakainya dari gangguan roh jahat saat berjuang di medan perang. 

Saat ini, Baju Adat Anyaman Tikar telah menjadi salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang Suku Dayak Kalimantan Tengah.

5. Pakaian Adat Pawang Khas Kalimantan Tengah

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Pawang
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Pawang l Sumber: Youtube Karmila Official

Baju tradisional ini agak berbeda dengan baju adat Suku Dayak lainnya dari segi penggunaannya. Karena, masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah umumnya memakaikan baju adat ini kepada ulama atau dukun adat di sana saat perayaan Kaharingan (agama asli Suku Dayak), tasyakuran, atau hendak memanjatkan doa-doa.

Selain itu, masyarakat Dayak juga kerap menggunakan pakaian ini saat upacara dan doa memohon hujan, menyembuhkan penyakit, atau untuk membawakan tari-tarian daerah saat ada perayaan kesenian. Tujuannya sendiri adalah sebagai simbol pemimpin dalam sebuah ritual doa-doa.

Menurut kepercayaan mereka, pakaian ini mampu melindungi pemakainya dari semua roh jahat yang ingin mengganggu, sehingga doa akan lebih mudah terkabul.

Sama seperti Baju Adat Tenunan, Baju Pawang juga terbuat dari bahan-bahan alami, seperti serat kulit kayu nyamu atau serat daun nanas. 

Selain itu, baju ini biasanya memiliki hiasan berupa manik-manik atau rumbaian benang yang membuat pakaian adat Kalimantan Tengah ini tampak lebih eksotis dan unik.

Saat ini, Pakaian Adat Pawang semakin dijaga kelestariannya dan hanya digunakan untuk upacara-upacara penting saja. Misalnya, saat perayaan atau upacara kenegaraan untuk menyambut para tamu.

6. Pakaian Adat Opak Nyamu

Ilustrasi gambar Pakaian Adat Opak Nyamu
Ilustrasi gambar Pakaian Adat Opak Nyamu l Sumber: Pinhome

Pada dasarnya, baju tradisional ini terbuat dari bahan yang sama dengan Pakaian Adat Sangkarut, yakni dari tempaan kulit kayu nyamu. Baju ini juga memiliki aksesoris tambahan yang serupa dengan Sangkarut, yakni berupa kain penutup di bagian kemaluan.

Bedanya baju adat ini dengan Sangkarut adalah terletak pada model pakaiannya. Baju Adat Opak Nyamu memang mirip rompi Sangkarut, namun terdiri dari dua jenis, yakni rompi dengan lengan serta tanpa lengan.

Baca Juga : 6 Pakaian Adat Kalimantan Selatan, Makna, dan Ciri Khasnya

Ternyata, Ada Banyak Jenis Pakaian Adat Kalimantan Tengah!

Kesimpulannya, pakaian adat Kalimantan Tengah ada banyak jenisnya dan mayoritas dianggap memiliki kekuatan magis. Mulai dari Sangkarut, Pawang, Anyaman Tikar, hingga Opak Nyamu, masing-masing memiliki keunikan tersendiri, entah itu dari segi bahan, teknik pembuatan, maupun kegunaan.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page