Mengenal Prejudice: Pengertian, Jenis, Indikator, dan Dampaknya

Dalam menjalani hidup tentu saja kita tidak bisa lepas dari namanya prasangka, baik itu prasangka baik maupun prasangka buruk tak berdasar (prejudice) yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang. 

Nah, pembahasan kali ini akan khusus mengulas tentang prasangka tak berdasar yang disebut dengan prejudice. Prasangka ini terjadi karena ada kebencian kepada seseorang atau sekelompok orang. Untuk memahami lebih jelasnya, mari ketahui bersama-sama pengertian, jenis, indikator, dan dampaknya.

Apa Itu Prejudice?

stop prejudice
stop prejudice | Image source : istockphoto.com

Prejudice berasal dari kata prejudicium yang artinya pernyataan atau prasangka dangkal terhadap seseorang atau kelompok.  Istilah ini diperkenalkan oleh seorang psikolog dari Universitas Harvard bernama Gordon Allport dalam bukunya yang berjudul The Nature of Prejudice (1954).

Ia menyebut bahwa prasangka buruk adalah suatu sikap membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain. Lebih lanjut, ia juga memaparkan bahwa prasangka adalah sebuah sikap antipati berdasarkan generalisasi yang tidak fleksibel dan keliru kepada suatu individu atau kelompok.

Mengapa ini bisa terjadi? Tak lain karena ada rasa ketidaksukaan, kebencian, penolakan, atau permusuhan pada individu atau kelompok lain (di luar kelompoknya) sehingga muncul prasangka buruk tanpa dasar yang jelas.

Selain Gordon Allport, ada beberapa ahli lain yang menjelaskan makna dari istilah ini, di antaranya:

1. W.A Gerungan

W.A Gerungan mendefinisikannya sebagai sebuah perasaan negatif terhadap golongan tertentu. Misalnya golongan ras atau suku selain golongan yang berprasangka itu.

Ia juga menyebut bahwa prasangka sosial ini muncul dari attitude negatif kepada golongan lain. Attitude negatif ini tentunya akan berpengaruh pada sikap golongan tertentu kepada golongan lain tersebut.

Jika sikap ini terus menerus ada, maka lama kelamaan akan timbul sikap diskriminatif kepada kelompok lain yang diprasangkai tersebut. Padahal apa yang jadi prasangka buruk tersebut sifatnya tidak objektif dan tidak berdasar sama sekali.

2. Wade dan Tavris

Sementara itu, Carole Wade dan Carol Tavris mengatakan bahwa prasangka buruk adalah bentuk ketidaksukaan yang begitu kuat tanpa dasar. Mereka juga menegaskan bahwa prasangka buruk ini adalah sikap kebencian terhadap golongan atau kelompok tertentu berdasarkan stereotip negatif.

3. Sarwono

Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan bahwa prejudice adalah sebuah emosi atau sikap yang melahirkan perilaku negatif kepada seseorang atau sekelompok orang karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu.

Sikap ini bisa terjadi karena ada penilaian subjektif tanpa melihat adanya karakteristik unik dalam diri seseorang atau sekelompok orang tersebut. Singkatnya, penilaiannya hanya berdasar pada karakteristik kelompoknya yang menonjol.

4. Baron dan Byrne

Keduanya mengatakan bahwa prasangka merupakan suatu sikap yang lebih mengarah ke sisi negatif individu dalam suatu kelompok. Sikap ini hanya berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut.

Dari penjelasan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa prejudice adalah prasangka buruk tanpa adanya alasan yang jelas. Prasangka yang muncul bukan dari penilaian objektif tapi dari emosi atas rasa ketidaksukaan kita terhadap seseorang atau suatu kelompok.

Jenis-Jenis Prejudice

jenis-jenis prejudice
jenis-jenis prejudice | Image source : pixabay.com

Prasangka memang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Hampir setiap harinya, ada berbagai jenis prasangka yang terjadi, baik dari kita sendiri maupun ditujukan kepada kita. Agar bisa membedakannya, kenali dulu apa saja jenis-jenis prasangka.

1. Sexisme

Pernah dengar anggapan bahwa laki-laki lebih cocok jadi pemimpin daripada perempuan karena laki-laki adalah makhluk logika sementara perempuan lebih ke emosional? Itulah yang dimaksud dengan sexisme. 

Sexisme ini sebuah prasangka yang mengarah ke diskriminasi kelompok atau seseorang berdasarkan jenis kelamin. Kebanyakan korban dari sexisme adalah perempuan. Sejak dulu, perempuan sangat sering dibeda-bedakan berdasarkan posisi dan peran hanya karena dirinya perempuan.

Sexisme bisa terjadi karena adanya prasangka atau anggapan bahwa perempuan adalah makhluk lemah (inferior) daripada lelaki. Sementara itu, laki-laki dianggap sebagai makhluk superior yang lebih baik dari perempuan.

Padahal, anggapan yang sudah mengakar di masyarakat ini tidak benar secara objektif. Nyatanya, perempuan bisa berperan apapun baik di ranah publik maupun domestik. Perempuan juga punya potensi untuk jadi pemimpin sama seperti laki-laki atas kekompetenannya dalam memimpin.

2. Ageism

Kalau tadi prejudice yang didasarkan pada jenis kelamin, kali ini prasangkanya atas dasar usia. Sederhananya, ageism itu anggapan bahwa orang yang lebih tua lebih bijaksana dan berpengalaman daripada anak muda.

Padahal faktanya, belum tentu demikian. Ini juga berlaku pada anggapan orang tua itu lemah, tak berharga, tidak menarik, dan tidak bisa memeroleh hak miliknya.

3. Prasangka terhadap Disabilitas

Banyak orang yang masih menganggap bahwa disabilitas adalah orang yang lemah. Karena kekurangan yang mereka miliki, banyak orang berpikir mereka tidak bisa diandalkan, terlebih dalam hal pekerjaan.

Padahal, orang-orang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan dan kekompetenan yang sama. Contoh konkretnya, saat ini ada pebisnis yang mulai merekrut orang berkebutuhan khusus untuk bekerja dan mereka terbukti mampu bersikap profesional saat bekerja dan memiliki keuletan yang sama.

4. Rasisme

Rasisme juga termasuk prasangka tak berdasar yang ditujukan pada suatu kelompok. Contohnya seperti anggapan bahwa orang Amerika keturunan Afrika itu agresif, atletis, dan suka melanggar hukum. Sementara orang Amerika keturunan Eropa itu karakternya dingin dan cerdas.

Rasisme juga sering dialami oleh orang-orang yang berkulit hitam. Mereka seringkali dipandang tidak menarik hanya karena kulitnya hitam dan keturunan dari suatu kelompok tertentu.

Mengapa Bisa Muncul Prejudice?

Ada dua alasan mengapa prasangka ini seringkali terjadi. Alasan pertama karena adanya penggolongan atau pengelompokan yang menyebabkan munculnya rasa rendah diri. Contohnya, pengelompokkan pintar dan bodoh yang bisa menyebabkan perselisihan dan berujung pada prasangka.

Alasan kedua, adanya klasifikasi in group dan out group. Orang yang berada pada kelompok in group akan memandang rendah orang yang ada di out group. Selain itu, ada beberapa faktor yang lain, seperti:

  • Stereotip
  • Merasa superior
  • Perbedaan antar kelompok
  • Kompetisi

Indikator Pelaku Prejudice

Ada beberapa indikasi dari pelaku prasangka yang bisa kita ketahui, yakni:

1. Pelaku Cenderung Menjauh

Biasanya pelaku yang memiliki anggapan negatif kepada seseorang atau sekelompok orang memilih menjauh alias menghindar dari kelompok tersebut. Bisa juga mereka menganggap kelompok lain menjauh dari kelompoknya. Padahal anggapan itu belum tentu benar sebelum ada konfirmasi dari yang bersangkutan.

2. Pelaku Merasa Lebih Baik dari yang Lain

Indikator terjadinya prasangka kedua adalah adanya kognisi. Kognisi ini anggapan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain ataupun kelompok lain.

Kebanyakan pandangan dan prasangka seperti ini karena adanya kesenjangan sosial. Mereka yang kaya merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, sehingga mereka memiliki prasangka negatif dan merendahkan orang lain.

3. Pelaku Bersikap Antisosial

Orang yang memiliki prasangka buruk terhadap kelompok lain, kemungkinan besar ia tidak mau bergaul dengan kelompok tersebut.

4. Melakukan Kekerasan

Pelaku akan menganggap bahwa tindak kekerasan kepada siapapun sebagai hal yang wajar. Padahal faktanya, tindakan kekerasan apapun dan kepada siapapun itu tidak diperbolehkan.

5. Tindakan Konasi

Konasi merupakan tindakan menerima atau menolak seseorang atau sekelompok orang berdasarkan keanggotaan. Tindakan ini bisa bermakna positif dan negatif. Positif apabila sifatnya menolong dan membangun, namun bisa jadi negatif apabila sifatnya merusak atau menghancurkan.

Dampak dari Sikap Prejudice

dampak prejudice
dampak prejudice | Image source : pixabay.com

Sudah pasti, namanya prasangka buruk akan menimbulkan dampak negatif terlebih pada korban. Baik dari segi mental, emosional, dan fisik. Seseorang yang jadi korban akan terganggu secara keseluruhan. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan merasa tidak berharga.

Lebih besar dari itu, prasangka buruk bisa menyebabkan perselisihan antar kelompok. Perselisihan ini lama-lama bisa membuat perpecahan karena mirip seperti penyebaran informasi yang tidak valid.

Baca Juga : Pengertian Stigma: Fungsi, Jenis, Faktor, dan Contohnya

Sudah Mengerti Apa Itu Prejudice?

Segala prasangka buruk yang tidak berdasar apapun bisa memberikan dampak negatif bagi hidup kita. Prejudice ini seperti boomerang yang bisa menyerang diri kita sendiri, akibat perilaku negatif yang sudah kita lakukan.

Oleh karenanya, supaya terhindar dari sikap ini, sebaiknya jangan beranggapan dan menyebar informasi tanpa adanya bukti. Selain bisa menimbulkan fitnah, tindakan ini bisa melahirkan permusuhan satu sama lain.

Share: