Kita hidup dalam peradaban yang sangat mengedepankan proses belajar. Itulah sebabnya, mengikuti proses belajar di sekolah adalah suatu hal yang wajib. Tak heran, muncul juga banyak teori yang salah satunya adalah teori belajar sibernetik.
Setiap teori yang berkembang memiliki landasan yang berbeda-beda. Walau demikian, tujuannya tentu adalah mencapai proses belajar yang optimal. Sehingga, peserta didik dapat berkembang sesuai dengan materi yang disampaikan. Berikut ulasan lengkap perihal teori belajar ini!
Daftar ISI
Pengertian Teori Belajar Sibernetik
Sibernetik pada dasarnya merujuk pada bidang ilmu yang mempelajari tentang struktur atau sistem yang rapi dan teratur. Informasi-informasi yang tertata secara sibernetik adalah informasi yang terstruktur dengan rapi.
Sistem yang demikian terstruktur ini, kemudian diterapkan dalam pengembangan teori belajar. Maka, teori ini menemukan bahwa penyampaian informasi atau materi belajar yang terstruktur akan memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Walau demikian, para ahli teori belajar juga menyoroti tentang jenis-jenis materi. Bahwa ada materi belajar yang memang baik untuk sampai ke peserta didik dalam susunan yang terstruktur. Proses yang demikian dapat kita kenali dengan istilah proses berpikir algoritmik.
Namun, ada juga jenis materi yang sifatnya berlawanan. Artinya adalah bahwa materi-materi tertentu perlu untuk disampaikan secara umum. Dengan demikian, peserta didik akan mengembangkan konsep berpikir yang mandiri dan lebih dapat berimajinasi. Istilahnya adalah proses belajar heuristik.
Ciri-Ciri Teori Belajar Sibernetik

Ada beberapa ciri teori belajar ini yang akan membantumu untuk mengenalinya dalam proses belajar sehari-hari. Berikut ini penjelasan lengkapnya!
1. Adanya Stimulus
Ciri pertama dan utama adalah adanya stimulus terstruktur dari pengajar. Hal ini menjadi ciri utama adanya proses belajar sibernetik. Sebab itu, tak heran bahwa proses belajar ini umumnya dimulai dari penyusunan silabus yang juga memiliki struktur dan langkah yang jelas dan rinci.
Contoh stimulus yang terstruktur misalnya adalah pengajar membuka sesi dengan cerita nyata yang akan terkait dengan materi inti. Kemudian, stimulus berikutnya tahap-tahap materi yang diajarkan tahap demi tahap.
2. Adanya Respon
Ciri selanjutnya adalah adanya respon dari peserta didik. Proses belajar hanya berlangsung apabila terjadi interaksi dua arah, antara pengajar dan peserta didik. Oleh sebab itu, respon peserta didik sangat lah penting.
Selain itu, pengajar juga dapat melakukan evaluasi proses belajar dari respon siswa pada setiap materi yang pengajar sampaikan. Respon yang diharapkan tentu adalah konsentrasi dan menunjukkan antusias.
3. Keterlibatan Ingatan
Ciri teori belajar sibernetik berikutnya adalah keterlibatan ingatan yang sangat penting. Proses belajar tentu memang sangat berkaitan erat dengan ingatan. Informasi yang masuk melalui stimulus yang struktur, harapannya lebih mudah diingat oleh peserta didik.
Struktur ini jugalah yang nanti menjadi jangkar ingatan, ketika peserta didik memanggil kembali informasi tersebut dalam proses mengingat.
4. Pengaruh Internal
Selanjutnya, bahwa ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi berhasilnya proses belajar dengan metode ini. Jadi, walaupun metode yang disusun sedemikian rupa, keterlibatan pengaruh internal tetap menjadi ciri tersendiri.
Beberapa faktor tersebut, antara lain motivasi dan minat peserta didik. Motivasi dan minat yang positif terhadap materi belajar tentu akan menciptakan respon yang baik pula. Demikian juga berlaku sebaliknya.
5. Pengaruh Eksternal
Ciri terakhir adalah adanya faktor eksternal yang juga turut terlibat dalam proses belajar ini. Contohnya adalah kapasitas pengajar dalam menyampaikan materi dengan runtut dan jelas.
Kapasitas pengajar berpengaruh pada kualitas proses belajar yang menganut sistem sibernetik ini. Semakin baik kapasitas pengajar, maka semakin mungkin ia menyampaikan materi sesuai dengan teori belajar ini.
Tujuan Teori Belajar Sibernetik

Berikut ini adalah penjabaran yang lebih detail tentang tujuan dari penerapan teori belajar yang satu ini:
1. Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik
Tujuan pertama dan utama tentu saja adalah meningkatkan kemampuan peserta didik pada materi tersebut. Sebagai contoh adalah materi tentang hitungan matematika.
Maka, tujuannya adalah peserta didik dapat memahami materi tersebut dari yang terdasar hingga yang semakin sulit. Pengajar yang menyampaikan materi secara runtut dan terstruktur secara teori, akan membuat peserta didik lebih mudah untuk menguasai.
2. Evaluasi Proses Belajar
Penerapan teori belajar sibernetik belajar ini juga memiliki keunggulan yang juga menjadi tujuan, yaitu memungkinkannya evaluasi proses belajar selama sedang belajar. Penyampaian materi yang terstruktur akan memudahkan pengajar untuk mengambil jeda.
Pada jeda ini lah yang terjadi tidak hanya sekedar istirahat. Namun, pengajar juga dapat melakukan evaluasi sesuai dengan bagian struktur tersebut. Jika pengajar merasa hasil kurang baik, perbaikan dapat segera dilakukan. Misalnya, pengulangan materi hanya untuk bagian yang pengajar rasa hasilnya kurang optimal.
3. Mencapai Ingatan Jangka Panjang
Penerapan teori belajar ini juga bertujuan agar materi belajar berada pada taraf memori jangka panjang peserta didik. Dengan demikian, informasi tersebut tidak hanya bermanfaat saat proses belajar itu saja.
Namun, target dari proses belajar ini adalah agar materi tersebut menetap pada memori dan dapat dipanggil kapan saja individu tersebut membutuhkan. Sebagai contoh adalah informasi ingatan tentang perkalian.
Proses belajar yang sukses tidak hanya akan membuat peserta didik hafal hitungan perkalian selama proses belajar dan tes kemampuan. Namun, setelah tahun-tahun berlalu, informasi tersebut harapannya menetap ada dalam ingatan jangka panjang.
Penerapan Teori Belajar Sibernetik

Penerapan teori belajar ini tentu tidak sembarangan. Ada prosedur yang perlu pengajar terapkan, agar teori belajar ini dapat teraplikasi dengan optimal dan memberikan hasil yang sesuai harapan. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Penetapan Tujuan
Tahap pertama dalam penerapan adalah menentukan tujuan. Apabila pengajar misalnya berencana menyampaikan materi dalam beberapa sesi, maka penetapan tujuan dapat dibuat per sesi. Namun, pada akhir rangkaian sesi tetap memiliki target tujuan besarnya.
Penetapan tujuan ini akan menjadi landasan dalam langkah-langkah penerapan berikutnya.
2. Penentuan Sistem Informasi
Tahap penerapan teori belajar sibernetik berikutnya adalah menentukan sistem informasi yang akan menjadi alat bantu ajar. Tahap ini, terjadi dari 2 inti utama. Pertama adalah melakukan pengkajian sumber materi.
Bagian ini penting untuk memastikan bahwa materi tersebut valid atau sesuai dengan kurikulum rujukan. Inti yang kedua adalah alat bantu informatif. Misalnya adalah pemilihan video sebagai sumber informasi sekaligus alat bantu ajar.
3. Memilih Pendekatan dan Metode
Tahap ketiga adalah memilih pendekatan, yaitu antara proses belajar algoritmik atau heuristik. Hal ini akan sangat menentukan bagian berikutnya, yaitu penyusunan materi. Sebab, materi untuk dua pendekatan ini tentu berbeda jauh.
Pada pendekatan heuristik pengajar mungkin perlu menyusun pertanyaan-pertanyaan terbuka. Tak hanya itu, ia perlu menyiapkan rangkaian materi sesuai dengan arah berpikir peserta didik. Pendekatan ini agaknya cukup sesuai untuk materi sosial sains.
4. Penyusunan Materi
Tahap penerapan berikutnya adalah proses penyusunan materi. Hal yang menjadi acuan dalam proses ini tentu adalah tujuan, sistem informasi, dan pendekatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Penyampaian Materi
Tahap terakhir adalah penyampaian materi itu sendiri. Meskipun ini adalah tahap akhir, waktu yang pengajar butuhkan untuk proses ini dapat sama panjangnya dengan rangkaian proses persiapan.
Hal tersebut wajar, sebab dalam proses belajar, pengajar dapat mengambil jeda untuk melakukan evaluasi.
Baca Juga : Ilmu Harmoni: Pengertian, Jenis, Unsur, dan Teori Dasar
Contoh Penerapan Teori Belajar Sibernetik
Berikut ini beberapa contoh penerapan teori belajar ini dalam proses belajar mengajar:
1. Belajar Naik Sepeda
Belajar naik sepeda adalah salah satu contoh penerapan sederhana dari teori belajar ini. Awalnya adalah belajar menjaga keseimbangan, baru kemudian belajar untuk mengayuh. Tahap yang terstruktur akan lebih memudahkan.
2. Belajar Matematika
Contoh berikutnya adalah proses belajar matematika yang secara umum telah kita semua lewati. Awalnya adalah belajar penjumlahan dan pengurangan, baru kemudian masuk ke materi yang lebih rumit.
Proses yang terstruktur tidak akan membuat membuat materi perkalian yang lebih sulit disampaikan mendahului materi dasar seperti penjumlahan dan pengurangan.
Sekarang Sudah Paham tentang Teori Belajar yang Satu ini?
Pada dasarnya teori belajar sibernetik sudah kita terapkan dalam proses belajar sehari-hari. Struktur yang menjadi inti dari teori belajar ini membuat peserta didik menjadi lebih mudah untuk mengerti. Selain itu, struktur ini juga lebih memudahkan bagi pengajar, agar jangan sampai ada materi terlewat.