Mengenal 4 Upacara Adat Betawi: Tujuan dan Cara Pelaksanaan

Indonesia adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman budaya. Salah satu daerah yang memiliki budaya sangat unik adalah Jakarta. Jakarta adalah rumah bagi suku Betawi, yang kaya akan tradisi dan adat istiadat. Salah satu cara terbaik untuk memahami kebudayaan suku Betawi adalah melalui upacara adat Betawi mereka. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi empat upacara khas Betawi yang menarik beserta tujuan dan cara pelaksanaannya. Yuk simak selengkapnya!

4 Upacara Adat Betawi

Suku Betawi sebenarnya memiliki banyak upacara adat khas mereka. Namun, artikel ini hanya akan membahas secara detail empat upacara adat Betawi yang umum di masyarakat. Berikut ini adalah empat contohnya:

1. Upacara Adat Sunatan

Sunatan
Sunatan | Sumber: senibudayabetawi.com

Salah satu upacara adat yang paling penting dan dihormati oleh masyarakat Betawi adalah upacara sunatan. Sunatan adalah praktik sunat pada anak laki-laki Betawi muslim ketika mereka mencapai usia tertentu menuju akil baligh. Upacara adat Betawi ini memiliki tujuan dan makna yang mendalam bagi masyarakat.

Tujuan Sunatan

Tujuan utama dari upacara sunatan adalah untuk menjalankan ajaran agama Islam. Sunatan juga dipandang sebagai tanda awal kedewasaan seorang anak laki-laki Betawi. Ini adalah momen penting dalam perjalanan hidup mereka, di mana mereka mulai beralih dari masa kanak-kanak dan memasuki dunia lebih dewasa.

Ritual ini juga memiliki tujuan untuk memberikan anak laki-laki yang akan menjalani sunat suatu pengalaman yang menyenangkan, serta memupuk semangatnya menghadapi peristiwa yang akan datang pada hari berikutnya.

Cara Pelaksanaan Sunatan

Upacara sunatan Betawi biasanya diadakan di rumah dengan mengundang keluarga dan teman-teman dekat. 

Satu hari sebelum pelaksanaan sunat, tradisinya adalah anak laki-laki akan bersiap dengan mengenakan pakaian khusus yang terkenal sebagai pakaian penganten sunat. Kemudian, anak laki-laki itu akan ikut dalam sebuah prosesi mengelilingi kampungnya, entah itu dengan menunggang kuda atau tandu, beriringan dengan barisan pemain rebana dan pesilat yang berbakat.

Dalam pelaksanaan upacara ini, terdapat elemen-elemen yang menjadi pelengkap dan penunjang keseluruhan acara, di antaranya adalah penggunaan pakaian penganten sunat yang khusus, pembacaan shalawat dustur, kehadiran kelompok seni rebana, atraksi ondel-ondel, hewan hias seperti kuda, dan dokar hias.

Setelah anak laki-laki menjalani sunatnya pada keesokan harinya, maka upacara berlanjut dengan sebuah selamatan sebagai ungkapan rasa syukur keluarga. Pada saat selamatan ini, masyarakat dapat menikmati berbagai hiburan yang tersedia sebagai bagian dari acara tersebut.

2. Upacara Adat Palang Pintu

Palang pintu
Palang pintu | Sumber: pariwisataindonesia.com

Tradisi palang pintu adalah upacara adat Betawi yang mencakup sejumlah rangkaian kegiatan, termasuk pertarungan seni bela diri pencak silat, pertukaran pantun, bacaan Al-Quran, dan penghormatan melalui shalawat. 

Tradisi ini memiliki makna sebagai ujian yang harus dihadapi oleh mempelai laki-laki guna mendapatkan persetujuan dan restu dari keluarga perempuan. Dalam konteks ini, mempelai laki-laki diharuskan untuk mengalahkan jawara yang mewakili keluarga perempuan sebagai bagian dari peristiwa ini.

Bagi warga Betawi, adat ini mencerminkan tingginya perhatian orang tua terhadap putri mereka sebelum dinikahi. Sementara bagi pihak laki-laki, palang pintu adalah cara untuk menunjukkan komitmennya untuk membangun kehidupan bersama dengan perempuan yang telah dipilihnya.

Tujuan Palang Pintu

Dalam dialek Betawi, istilah “palang” merujuk pada penghalang yang menghalangi akses seseorang. Jadi, istilah “palang pintu” menggambarkan suatu tradisi di mana pengantin pria diuji untuk membuka penghalang yang ada saat memasuki wilayah yang dikuasai oleh jawara. 

Tujuan utama dari tradisi palang pintu adalah menguji komitmen pengantin pria dalam membangun kehidupan rumah tangga dengan pengantin perempuan. Selain sebagai metafora membuka pintu pernikahan, tujuan dari upacara adat Betawi kali ini adalah menunjukkan rasa patuh terhadap norma adat dalam masyarakat Betawi.

Cara Pelaksanaan Palang Pintu

Tradisi palang pintu merupakan acara yang ada ketika pihak pengantin pria hendak memasuki rumah mempelai perempuan. Sebelum rombongan pihak pria dapat memasuki rumah, mereka akan dihentikan oleh perwakilan dari pihak perempuan. 

Di kedua belah pihak, terdapat orator pantun dan ahli bela diri yang tampil sebagai perwakilan di depan mempelai. Momen ini biasanya dimulai dengan percakapan pembukaan di mana pantun-pantun saling diucapkan dan berbalas. 

Meskipun nada berbicara semakin memanas, pantun-pantun yang terlontar sering kali penuh dengan humor dan mengundang tawa.

Selanjutnya, jagoan silat dari pihak perempuan akan melakukan uji coba kekuatan dan kemampuan pihak laki-laki. Adu ilmu silat terjadi dan pihak pengantin pria harus menang dalam pertarungan ini. 

Kemenangan dalam duel melawan wakil dari pihak perempuan ini dianggap sebagai cara untuk menghilangkan penghalang, sehingga acara ini disebut sebagai palang pintu.

Setelah tahapan tersebut terlewati dengan sukses, pihak pengantin perempuan biasanya meminta pihak laki-laki untuk menunjukkan kemampuan membaca Al Quran. Ketika semua tahapan ujian telah berhasil terselesaikan, pihak pengantin perempuan akan memberikan izin kepada rombongan pengantin pria untuk masuk ke dalam rumah.

3. Upacara Adat Bikin Rume

Bikin rume
Bikin rume | Sumber: senibudayabetawi.com

Dalam proses konstruksi rumah, masyarakat suku Betawi diharuskan untuk melaksanakan sebuah upacara adat Betawi khusus, yaitu bikin rume. 

Mereka akan memilih waktu yang dianggap baik untuk memulai pembangunan rumah dan bersama-sama berdoa untuk keselamatan penghuni yang akan datang. Selain itu, para tetangga juga turut membantu dalam pelaksanaan upacara ini.

Tujuan Bikin Rume

Upacara tradisional bikin rume adalah salah satu ritual yang berkaitan dengan siklus kehidupan masyarakat Betawi. 

Ritual ini memiliki signifikansi khusus dan penting bagi masyarakat Betawi karena sejatinya rumah bukan hanya sebagai tempat perlindungan dari cuaca buruk atau ancaman alam. Lebih dari itu, rumah adalah tempat dimulainya generasi masa depan yang akan bertumbuh, baik secara fisik maupun spiritual.

Inilah sebabnya mengapa masyarakat Betawi saling membantu dan berkolaborasi dalam proses pembangunan rumah. Gotong royong dan tolong-menolong menjadi landasan kuat dalam pelaksanaan upacara ini.

Cara Pelaksanaan Bikin Rume

Upacara adat Betawi ini melibatkan serangkaian persiapan dan ritual yang melibatkan seluruh masyarakat sekitar. 

Pertama-tama, masyarakat akan melakukan persiapan yang mencakup perhitungan untuk menentukan hari yang dianggap baik, rejeki, dan keselamatan bagi pemilik rumah. Ini melibatkan sebuah musyawarah di antara warga masyarakat yang terlibat dalam upacara.

Kemudian, setelah mendapatkan hari yang cocok untuk memulai pembangunan rumah, masyarakat akan melaksanakan doa bersama, yaitu ‘Merowahan’. Merowahan merupakan sebuah doa atau permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan perlindungan pada proses pembangunan rumah sehingga berjalan dengan lancar. 

Setelah itu, para tetangga juga hadir dalam acara Merowahan untuk memberikan bantuan sukarela dalam proses pembangunan, seperti menebang pohon atau meratakan tanah, yang terkenal dengan sebutan ‘baturan’.

Selanjutnya, warga akan menyelenggarakan acara selamatan untuk menyambut proses pembangunan rumah agar berlangsung dengan baik. Terakhir, ada juga prosesi ‘ketik’ yang mengharuskan pemilik rumah untuk begadang semalaman sebelum pembangunan rumah selesai, sebagai cara untuk menjaga keamanan rumah.

4. Upacara Adat Nujuh Bulanin

Nujuh bulanin
Nujuh bulanin | Sumber: senibudayabetawi.com

Nujuh bulanin adalah upacara adat Betawi yang dilakukan oleh masyarakat saat seorang individu sedang dalam kondisi hamil selama tujuh bulan, sebagai tanda rasa syukur. Perhitungan tujuh bulan kehamilan ini menggunakan kalender bulan Arab dan mengacu pada tanggal yang memiliki angka tujuh, seperti 7, 17, atau 27.

Tujuan Nujuh Bulanin

Ritual “nujuh bulanin” atau “kekeba” bertujuan untuk merasakan kedamaian dan bersyukur atas berkat Tuhan. Upacara ini juga menjadi doa untuk meminta berkat Tuhan atas kelahiran anak yang akan datang.

Ritual nujuh bulanin bermaksud sebagai harapan agar anak tersebut akan tumbuh dengan selamat dan menjadi pribadi yang baik dan taat kepada orang tuanya.

Cara Pelaksanaan Nujuh Bulanin

Sebelum upacara adat Betawi ini dimulai, seorang perwakilan keluarga, biasanya seorang yang dihormati dan berperan sebagai tuan rumah, memberikan penjelasan tentang tujuan dari pelaksanaan upacara selamatan ini. Dia juga menyampaikan sambutan selamat datang dan ucapan terima kasih kepada keluarga dan tamu yang hadir. 

Selama berlangsungnya upacara, semua aspek teknis dilimpahkan kepada seorang dukun beranak yang umumnya berusia lanjut. Dukun ini memiliki pengetahuan mendalam tentang mantra-mantra atau doa-doa yang berkaitan dengan kehamilan, serta merencanakan dan mengawasi jalannya upacara dari awal hingga selesai.

Peran dukun beranak sangat signifikan dan merupakan elemen pusat dalam upacara adat Betawi ini, sehingga seluruh hadirin perlu mendengarkan dan mengikuti petunjuknya. 

Selain bertanggung jawab atas aspek teknis upacara, dukun beranak ini juga mendapat bantuan dari sejumlah ibu yang tugasnya melengkapi perlengkapan seperti kain batik, pakaian, handuk, dan ember yang berhias tujuh jenis bunga, serta gayung mandi, untuk pelaksanaan proses mandi. 

Selain itu, kelompok pengajian dipimpin oleh seorang ibu yang biasanya juga memimpin pengajian pada acara-acara lain. Kelompok ini terdiri dari sekitar 10 hingga 15 orang ibu yang mengenakan pakaian muslim. 

Dalam pelaksanaan upacara ini, peran perempuan mencerminkan semangat kesetaraan dan kerja sama dalam budaya Betawi. Mereka dengan penuh semangat membantu dan mendukung jalannya seluruh upacara, dari awal hingga selesai.

Baca Juga : 7 Upacara Adat Jawa Barat, Fungsi dan Pelaksanaannya

Upacara Adat Betawi Sangat Menarik, bukan?

Upacara adat Betawi adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya. Setiap upacara memiliki tujuan dan makna yang mendalam, serta menunjukkan bagaimana masyarakat Betawi sangat memperhatikan nilai-nilai seperti agama, persaudaraan, kebahagiaan, dan rasa syukur. 

Dari upacara sunatan yang melibatkan tindakan keagamaan hingga nujuh bulanin yang memperkuat persaudaraan antar-keluarga, upacara adat Betawi adalah cerminan yang indah dari kehidupan dan budaya masyarakat ini. 

Melalui pemahaman dan penghargaan terhadap upacara ini, kita dapat lebih dalam menggali keunikan dan kekayaan budaya Betawi.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page