Mengenal 10 Upacara Adat Papua yang Unik dan Tradisinya

Papua salah satu pulau terbesar di Indonesia mempunyai ragam upacara adat yang menarik dan penuh makna, loh. Upacara adat Papua kerap dilakukan untuk merayakan atau menghormati sejumlah momen tertentu. Untuk apa saja upacara adat itu diselenggarakan? Artikel ini menyajikan informasinya secara lengkap.

10 Upacara Adat Papua dan Tradisi Uniknya

Nuansa apapun itu, baik sukacita, duka, kelahiran, maupun perkawinan, semuanya dapat masyarakat lakukan dengan upacara adat yang berbeda-beda. Berikut 10 upacara adat Papua yang menarik untuk diketahui, yaitu:

1. Upacara Tanam Sasi

Ritual Tanam Sasi
Ritual Tanam Sasi | Sumber gambar: Quora

Masyarakat Papua, terutama mereka yang tinggal di Kabupaten Merauke, tidak mengurus jenazah dengan cara yang biasa. 

Mereka menjalankan prosesi pengurusan jenazah dengan upacara Tanam Sasi. Sasi termasuk salah satu jenis kayu yang merupakan media utama untuk digunakan saat upacara.

Kayu sasi ini juga mempunyai makna yang dalam. Masyarakat mengukir kayu sasi sedemikian rupa sebagai lambang kehadiran leluhur. Selain itu, ukirannya yang bermotif manusia, hewan, dan tumbuhan dapat kamu anggap sebagai lambang rasa sedih sekaligus bahagia.

Sasi akan masyarakat tanam 40 hari setelah kematian seseorang di Merauke. Penanaman ini menandakan daerah orang meninggal tersebut tidak boleh masyarakat gunakan dahulu. 

Misalnya untuk bercocok tanam, berburu, atau menebang pohon selama 1000 hari atau kurang dari tiga tahun. 

Tradisi ini bermakna, masyarakat wajib menjaga kelestarian alam, karena alam merupakan sumber kehidupan.

Baca Juga : 9 Rumah Adat Papua yang Unik dan Penuh Makna

2. Upacara Bakar Batu

Upacara Bakar Batu | Sumber gambar: Go Travela Indonesia
Upacara Bakar Batu | Sumber gambar: Go Travela Indonesia

Berbeda dengan upacara adat Papua Tanam Sasi, upacara Bakar Batu ini masyarakat lakukan saat semua jenis peristiwa penting terjadi. Mulai dari peristiwa kelahiran, perkawinan, ucapan syukur atas panen, hingga kematian.

Masyarakat menyelenggarakan tradisi bakar batu dengan cara memasak menggunakan batu yang mereka bakar terlebih dahulu.

Sesudah batu selesai dibakar, batu akan mereka masukkan ke dalam lubang kecil. Kemudian, bahan makanan seperti umbi-umbian, daging, serta sayuran, akan mereka susun diatasnya.

Setelah daging matang, mereka akan mengeluarkannya satu demi satu dan menghamparkan makanan di atas rerumputan. Saat itulah warga akan berkumpul dan bersama-sama menyantap hidangan tersebut. 

Akan tetapi, orang yang boleh menyantap makanan terlebih dahulu adalah kepala suku. Sesudah kepala suku mengambil bagiannya, barulah warga yang lain dipersilakan untuk ikut menyantap hidangan tersebut.

3. Upacara Wor

Tradisi Wor
Tradisi Wor | Sumber gambar: Ketik News

Walaupun beberapa budaya yang ada di Papua telah mengalami pergeseran, upacara yang bernama Wor ini masih tetap dilakukan oleh warga Biak.

Wor merupakan upacara sakral untuk menandakan masa peralihan manusia, seperti bayi yang baru tumbuh gigi, atau bayi yang baru bisa lepas dari ASI ibunya.

Jadi, upacara Wor memiliki berbagai jenis yang berbeda, sesuai dengan siklus peralihan hidup tertentu. Contohnya, ada War Fasfesmandwampur dan Wor Papaf atau Penyapihan.

Wor Fasfesmandwampur merupakan suatu upacara untuk mengikat bagian bawah perut ibu yang sedang mengandung. Upacara ini bertujuan untuk melindungi bayi yang masih dalam kandungan supaya terhindar dari segala macam gangguan roh halus.

Sementara itu, Wor Papaf adalah sebuah upacara untuk merayakan seorang bayi yang telah lepas ASI. Upacara ini masyarakat lakukan dengan anak yang mulai belajar mengambil makanan atau hidangan yang seorang ibu suguhkan kepadanya.

4. Upacara Ararem

Tradisi Ararem
Tradisi Ararem | Sumber gambar: Good News from Indonesia

Tradisi mengantar mas kawin oleh calon suami kepada calon istri juga ada upacara khususnya. Nama tradisi tersebut adalah upacara Ararem. 

Upacara ini masyarakat lakukan dengan meriah, terlihat dari keluarga calon suami yang berjalan kaki dan menari layaknya pawai.

Upacara adat Papua Ararem ini wajib pihak lelaki lakukan, karena prosesi ini menyangkut kehormatan dan harga diri keluarga calon pengantin lelaki. 

Tradisi Ararem juga memiliki simbol seorang lelaki bisa membawa calon istrinya untuk hidup berumah tangga serta meneruskan warisan keturunan untuk marga tertentu.

Hingga kini, tradisi Ararem yang merupakan warisan dari nenek moyang tetap lestari di kalangan suku Biak.

5. Upacara Tikam Telinga

Upacara Tikam Telinga
Upacara Tikam Telinga | Sumber gambar: Warisan Budaya Takbenda

Tradisi Tikam Telinga merupakan sebuah upacara adat yang umum masyarakat pegunungan Papua lakukan, khususnya di Kabupaten Yapen. 

Upacara Tikam Telinga juga biasa masyarakat sebut sebagai Septum dan mereka melakukannya sebagai tanda kedewasaan bagi para gadis yang ada di Yapen.

Peralatan seperti piring keramik berukuran besar, uang, hiasan, dan juga kostum, wajib ada sebelum upacara adat Tikam Telinga berlangsung. 

Dengan perlengkapan tersebut, upacara Tikam Telinga yang merupakan tradisi terbesar kedua setelah upacara perkawinan akan masyarakat jalankan.

Pelubangan telinga akan dilakukan dengan katu (potongan kayu) dengan diameter 1-2 cm yang telah runcing. 

Perempuan yang dilubangi telinganya tak boleh makan timun, umbi-umbian, labu, atau hidangan apapun yang berbentuk bulat sebagai syaratnya, hingga telinga mereka betul-betul sembuh.

Sebagai akhir acara, masyarakat akan menggelar hajatan sambil memanjatkan rasa syukur atas lancarnya upacara yang telah mereka lakukan.

6. Upacara Kematian Suku Asmat

Upacara Kematian Suku Asmat
Upacara Kematian Suku Asmat | Sumber gambar: Superlive

Upacara adat Papua selanjutnya adalah upacara kematian. Suku Asmat yang ada di Papua percaya, penyebab kematian seseorang adalah munculnya roh jahat yang mengganggu. 

Itu sebabnya, suku Asmat tidak mengubur mayat tersebut dan malah meletakkan jenazah di atas perahu lesung berbekal sagu. Mereka akan membiarkan jenazah membusuk di sana.

Setelah jenazah busuk dan hanya menyisakan tulang belulang, warga akan menyimpannya di atas pokok kayu. 

Sementara itu, tengkorak jenazah akan keluarganya jadikan bantal, sebagai tanda kasih sayang dan cinta dari anggota keluarga.

7. Upacara Kiuturu Nandauw

Tradisi Kiuturu Nandauw
Tradisi Kiuturu Nandauw | Pop Mama

Kiuturu Nandauw atau Kakarukrorbun termasuk upacara di Papua yang umum seorang paman (atau ‘Om’) lakukan kepada para keponakannya. 

Saat Kiuturu Nandauw diselenggarakan, orang tua akan memotong rambut putra-putrinya itu sebagai tanda mereka telah menginjak usia 5 tahun atau masa kanak-kanak.

Umumnya, upacara adat Kiuturu Nandauw juga masyarakat lakukan bersamaan dengan acara tikam atau tusuk telinga. Tak lupa, ada pula tradisi pemasangan gelang di kaki atau tangan, serta pemasangan anting.

Sebelum memulai upacara Kiuturu Nandauw, ‘Om’ akan memulai ritual dengan menyentuh atau bahkan memukul pundak belakang keponakannya, memakai lempengan sagu buah hitam. 

Sagu buah hitam berperan sebagai simbol adat penghargaan serta melambangkan kasih sayang seorang paman pada keponakan.

8. Upacara Snap Mor

Tradisi Snap Mor
Tradisi Snap Mor | Liputan6

Tradisi upacara adat Papua tidak hanya terbatas pada acara pernikahan atau kematian saja. Ada pula upacara unik yang dilakukan oleh warga suku Biak. 

Mereka melakukan tradisi Snap Mor, sebuah seni menangkap ikan yang terdapat di air laut surut. Bahkan, kini upacara Snap Mor juga dapat dilihat oleh masyarakat luas, loh!

Upacara Snap Mor terus masyarakat lakukan sebagai bagian dari pesta adat munara. Pesta adat munara menandakan sebuah budaya pembaruan yang ada dalam dinamika kehidupan masyarakat suku Biak. 

Tradisi Snap Mor juga wajib masyarakat lakukan saat masa laut berada pada siklus surut terendah dan pasang tertinggi. 

Jadi, umumnya masyarakat Biak akan menyelenggarakan upacara ini pada bulan Juli hingga Agustus. Kebiasaan ini juga menunjukkan kemampuan warga Biak yang terampil dalam membaca kondisi laut.

Sebagai tambahan, masyarakat melakukan upacara Snap Mor sebagai simbol rasa syukur atas berkat. Untuk memeriahkan acara ini, masyarakat selalu merayakannya bersama keluarga dekat dan seluruh komunitas masyarakat suku Biak.

9. Upacara Iris Telinga

Upacara Nasu Palek
Upacara Nasu Palek | Sumber gambar: Go Travelly

Mendengar nama upacara adat Iris Telinga, pasti sangat menyeramkan di telingamu, kan? Walaupun terdengar seram, nyatanya upacara Iris Telinga atau Nasu Palek merupakan wujud belasungkawa yang umum masyarakat suku Dani di Papua lakukan.

Nasu Palek bermakna para anggota keluarga yang ditinggal oleh orang terkasih untuk selamanya harus memotong sedikit daun telinganya untuk menyampaikan rasa sedihnya. 

Mereka akan memotong daun telinga memakai irisan bambu tipis. Memang terasa amat sakit, tapi inilah pesan yang memang ingin mereka sampaikan. Mereka ingin menyatakan, mereka sungguh berduka atas meninggalnya orang terkasih. 

Tradisi Iris Telinga juga telah masyarakat lakukan sejak dahulu kala, baik wanita maupun pria akan menjalankan tradisi ini. Akan tetapi, khusus wanita akan menjalankan tradisi Ikipalin terlebih dahulu.

Tradisi Ikipalin adalah upacara memotong jari tangan. Apabila jari tangan telah habis, barulah wanita bisa menjalani upacara Iris Telinga. 

Sementara itu, anggota keluarga pria bisa langsung menjalankan tradisi Iris Telinga. Setelah itu, mereka akan melanjutkan tradisi dengan mandi lumpur.

10. Upacara Iki Palek

Tradisi Iki Palek
Tradisi Iki Palek | Sumber gambar: Keluyuran

Nyaris sama dengan tradisi Iris Telinga atau Nasu Palek, Iki Palek juga terlihat ekstrim. Sebab, Iki Palek juga merupakan upacara yang mengharuskan memotong bagian tubuh. Bedanya, upacara Iki Palek adalah tradisi memotong jari.

Upacara memotong jari umum masyarakat lakukan saat terdapat salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia. Tradisi ini bertujuan untuk menyampaikan rasa duka cita mendalam atas kepergian orang terkasih. 

Masyarakat suku Dani melakukan upacara Iki Palek karena menurut mereka, menangis tidak cukup untuk menggambarkan kesedihan mereka. 

Terlebih, bagi warga suku Dani, kehilangan salah seorang anggota keluarga sama halnya dengan kehilangan separuh kekuatannya.

Warga suku Dani melakukan upacara Iki Palek dengan memotong satu ruas jari menggunakan kapak atau pisau tradisional. Tak jarang pula, mereka menggigit jari sampai putus sebagai alternatif.

Baca Juga : 6 Nama Pakaian Adat Papua, Jenis, Keunikan, dan Filosofinya

Upacara Adat Papua dan Tradisinya Unik, Bukan?

Upacara adat Papua dan tradisinya memang memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, ada makna mendalam dari setiap prosesi upacara adat. Bahkan, upacara yang dilakukan secara turun temurun tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat yang menjalaninya.

Maka dari itu, kamu sama sekali tidak boleh mencela tradisi mereka. Sudah seharusnya, kamu menghargai setiap tradisi yang mereka lakukan. Dengan begitu, tidak ada lagi konflik yang merugikan akibat masalah suku maupun ras.

Share:

Leave a Comment

You cannot copy content of this page