Sebagai daerah asli Suku Banjar, Kalimantan Selatan memiliki rumah tradisional yang masih kental akan filosofi dan maknanya. Setiap sisinya menggambarkan bagaimana budaya dan kehidupan dalam masyarakat setempat. Agar mengenal jenis rumah adat Kalimantan Selatan lebih jauh, kamu bisa simak ulasan lengkap berikut in!
Daftar ISI
Mengenal Rumah Adat Kalimantan Selatan
Salah satu provinsi di pulau Kalimantan adalah Kalimantan Selatan dengan luas 38.744 km2. Provinsi ini memiliki beberapa rumah tradisional yang masih dipertahankan, salah satunya bernama bubungan tinggi. Bangunan ini ada sejak masa Kerajaan Banjar di tahun 1800-an saat berada di bawah pimpinan panembahan Sulaiman.
Pada versi lain mencatat bahwa, rumah adat Kalimantan Selatan sudah ada dari awal Kerajaan Banjar berdiri, sekitar abad ke-16 SM. Bukti yang tertulis pada arsip Belanda juga menyatakan bahwa, rumah bubungan tinggi di Sungai Jingah Banjarmasin merupakan rumah tradisional tertua yang ada di Kalimantan Selatan.
Ini terbukti dengan adanya surat izin pembuatan rumah dari pemerintah Belanda pada tahun 1871. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa, kemunculan rumah adat ini sudah ada sejak sebelum merdeka. Selain bubungan tinggi, ada beberapa rumah tradisional lain, yaitu Gajah Manyusu, Gajah Baliku, Palimbangan, dan lainnya.
Namun, rumah bubungan tinggi memang paling popular. Bangunannya pun memiliki gaya arsitektur paling kompleks dan sangat kental akan budaya suku Banjar.
Rumah adat ini juga menyesuaikan kondisi alam dan tata letak geografis yang dikelilingi oleh hutan dan pohon yang besar. Sehingga, bangunannya harus kuat dan dapat melindungi dari hewan buas dan cuaca ekstrim.
Baca Juga : 5 Rumah Adat Kalimantan Barat: Jenis, Nama, dan Keunikannya
Jenis Rumah Adat Kalimantan Selatan
Jika kamu lihat sekilas, rumah adat di beberapa daerah memiliki bentuk dan ornamen yang mirip. Namun, jika menelisik lebih jauh, setiap sisi dan bentuknya memiliki makna dan filosofi berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa jenis rumah tradisional Kalimantan Selatan beserta filosofinya:
1. Rumah Adat Bubungan Tinggi
Bangunan bergaya rumah panggung ini memiliki nilai yang tinggi karena pernah menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya. Meskipun desainnya sederhana, kesan mewah pada rumah ini masih tetap terasa.
Rumah adat Kalimantan Selatan ini dibangun dengan material utama kayu ulin atau kayu besi yang terkenal memiliki ketahanan sangat bagus dan bisa bertahan selama ratusan tahun. Tidak hanya kayu ulin, beberapa kayu dengan kualitas terbaik juga digunakan dalam bangunan ini.
Kayu lain tersebut meliputi kayu galam dan kapur naga untuk pondasi. Lalu, kayu lanan sebagai dinding, damar putih untuk pembelokan, dan bambu yang terpasang sebagai lantai dapur. Atap pada rumah ini biasanya menggunakan bahan kayu ulin dengan potongan tipis. Ini bertujuan agar rumah lebih tahan dalam segala cuaca.
Awalnya, rumah bubungan tinggi hanyalah bangunan dengan bentuk persegi panjang. Namun, seiring berkembangnya waktu, sisi kanan dan sisi kiri ditambahkan bangunan yang berukuran sama besar dan dinamakan anjung.
Rumah bubungan tinggi juga melambangkan perpaduan antara dunia atas dan dunia bawah. Terlihat pada ukiran burung enggang samar di bagian ujung garis lintang atap rumah yang memiliki makna alam atas. Sedangkan ukiran naga di ujung penampih atau papan yang mengelilingi bagian bawah rumah bermakna alam bawah.
Ukiran-ukiran ini sengaja disamarkan karena menganut ajaran islam yang percaya bahwa tidak boleh membuat ukiran makhluk bernyawa secara jelas. Secara keseluruhan, wujud rumah melambangkan pohon kehidupan. Di mana ini memiliki makna keseimbangan dan keharmonisan.
2. Rumah Adat Gajah Baliku
Secara wujud, bangunan ini memiliki kemiripan dengan rumah adat bubungan tinggi. Perbedaannya terletak pada ruang tamu atau ruang paluaran. Di mana rumah bubungan tinggi memilki lantai berjenjang, sedangkan pada rumah ini lantainya tidak berjenjang.
Hal tersebut ada kaitannya dengan fungsi bubungan tinggi yang dulunya adalah sebuah kraton atau ndalem sultan. Jadi, tata ruangnya bersifat hierarkis.
Perbedaan kedua terlihat pada atap. Di mana bubungan tinggi tidak menggunakan atap sengkuap atau sindana langit. Sedangkan rumah Gajah Baliku memakai kuda-kuda dengan atap perisai atau atap gajah.
Melihat dari sejarahnya, rumah adat gajah baliku muncul setelah bubungan tinggi. Sehingga, secara filosofinya juga tidak berbeda jauh. Di mana rumah ini merepresentasikan keseimbangan antara manusia dengan sang pencipta, kepada alam, dan kepada sesama makhluk hidup.
Salah satu rumah adat jenis ini di Teluk Selong juga menjadi rumah adat Banjar yang ada di masa kejayaannya. Gaya arsitekturnya merepresentasikan kekuatan pada bahan kayu dengan unsur utama kearifan masyarakat dengan alam. Ini terlihat dari atap gajah baliku yang berasal dari kayu.
3. Rumah Adat Balai Bini
Ini merupakan jenis rumah baanjung yang diperuntukkan sebagai hunian para puteri, itulah kenapa namanya menjadi balai bini. Selain memiliki arsitektur khas salah satu Rumah adat balai bini yang berada di Jalan 9 November, Pangembangan, Banua Anyar, Banjarmasin adalah salah satu yang paling popular.
Selain memiliki gaya arsitektur khas Banjar yang sangat unik, bangunan ini memiliki nilai historis yang panjang sehingga layak untuk menjadi cagar budaya. Sejak pembangunannya tahun 1842 oleh Pembakal Kampung Pengembangan Haji Sanudin, bentuk bangunan ini dipertahankan dan tidak mengalami perubahan signifikan.
Rumah adat Kalimantan Selatan ini memiliki bangunan induk dengan atap perisai yang terkenal dengan sebutan atap gajah. Maknanya adalah perlindungan untuk wanita. Pada anjung atau sayap bangunan menggunakan atap sengkuap. Biasanya ini orang sebut sebagai pisang sasikat.
Dulu bangunan rumah induknya menggunakan konstruksi berbentuk segi empat memanjang dari arah depan ke arah belakang. Bagian ini juga menutupi bagian depan dengan pasangan atap perisai. Atap ini membuat sebagian ruang serambi tertutup hingga yang ada di belakangnya.
Perkembangan rumah ini juga terlihat dari atap sengkuap sindang langit atau emper bagian depan. Bagian atap balai bini terpasang jurai luar yang bentuknya melebar ke bagian atap emper bagian samping.
4. Rumah Adat Lanting
Lanting merupakan rumah rakit tradisional khas suku Banjar Kalimantan Selatan. Bangunannya mengapung di sungai atau rawa dengan pondasi rakit. Rumah Lanting memiliki hubungan erat dengan kebudayaan Suku Banjar yang kehidupannya bergantung kuat dengan keberadaan sungai.
Dulu, rumah rakit merupakan tempat tinggal para nelayan. Lalu, seiring berkembangnya waktu, masyarakat yang tidak berprofesi sebagai nelayan pun ikut menghuni rumah model ini. Rumah Lanting dapat dijumpai sepanjang sungai wilayah Kalimantan Selatan, sebagai warisan arsitektur budaya Banjarmasin.
Dari segi fisik, rumah ini memang tidak memiliki perubahan signifikan. Masih tetap berbahan kayu. Lalu, bagian dasarnya menggunakan batang kayu gelondong atau drum yang berfungsi sebagai fondasi agar rumah dapat mengapung. Bagian pondasi yang terdiri dari susunan batang pohon besar, biasanya berjumlah tiga potong.
Dinding rumah terbentuk dari susunan kayu lanan secara mendatar. Atapnya adalah pelana dari rumbia atau seng. Bahan titian yang berasal dari kayu atau bambu digunakan untuk menghubungkannya dengan daratan. Rumah yang mengapung sendiri memiliki filosofi kemampuan masyarakat untuk beradaptasi di lingkungan sungai.
5. Rumah Adat Palimbangan
Palimbangan menjadi salah satu rumah adat Kalimantan Selatan yang lekat dengan nilai-nilai keagamaan. Pada masa kesultanan Banjar, rumah adat ini pernah menjadi tempat tinggal bagi tokoh agama Islam dan juga para alim ulama. Secara fisik, bangunan rumah ini juga sangat unik.
Bagian bubungan atapnya menggunakan atap pelana yang berbentuk tebar tayar atau tawing layar. Di bagian teras depan diberi sengkuap sebagai penutup. Perbedaan dari rumah adat lain terdapat pada hiasan ukirannya yang khas motif Banjar, yaitu anak catur. Di mana bagian kanan kirinya terukir jengger ayam, lipan, atau paku alai.
Rumah ini memiliki 4 pilar yang menjadi simbol agama Islam. Pilar pertama menyimbolkan syariat Islam, kedua tarekat, ketiga hakikat atau dasar agama, dan keempat adalah penyerahan diri pada Allah.Â
Baca Juga : 6 Pakaian Adat Kalimantan Selatan, Makna, dan Ciri Khasnya
Sudah Tahu Apa Saja Rumah Adat Kalimantan Selatan?
Berbagai rumah adat Kalimantan Selatan ternyata memiliki nilai budaya dan tradisi yang masih sangat terjaga. Bukan hanya dari segi fisik bangunan, tetapi juga nilai historis yang ada di dalamnya. Representasi dari budaya masyarakat dan simbolik kehidupan memang biasanya terwakilkan dari rumah tradisional.
Meskipun seiring berjalannya waktu beberapa bangunan sudah mengalami penyesuaian, pemerintah setempat tetap giat melakukan upaya pelestarian. Sebagai generasi penerus bangsa, kamu bisa membantu upaya pemerintah dengan mengenal berbagai jenisnya agar tidak buta pada budaya nusantara. Semoga bermanfaat!